Chapter 8: Street Basketball

Chapter 8: Street Basketball

A Chapter by Aga ALana
"

Haruhi ikut bermain basket! Karena ia seorang gadis, ia ditertawai oleh tim lawan. Namun Haruhi tetaplah Haruhi, ia akan mematahkan perkataan lawannya!

"

H-1 sebelum pertandingan street basketball diadakan, anak kelas satu anggota basket Seirin masih berlatih dengan giat dilatih oleh Haruhi sendiri. Ia memberi arahan, strategi latihan dan pelatihan lainnya. Walau teman-temannya masih belum percaya Haruhi akan bermain, tapi mereka mengakui Haruhi sebagai pelatih yang baik, bahkan bisa menggantikan Riko jika senpai-nya itu lulus. Namun karena ia tak pernah berlatih bersama mereka hal itu membuat mereka cemas karena Haruhi tak pernah memperlihatkan cara bermainnya.

“Tenang saja, aku bisa beradaptasi dengan gaya permainan kalian semua.”

Itulah jawaban Haruhi pada teman-temannya.

Hari pun telah sore. Mereka berkemas untuk pulang dan istirahat yang cukup agar pertandingan besok tak ada yang sakit maupun cidera.

“Kazegawa-kun.” Haruhi memanggil Tora sebelum anak itu meninggalkan lapangan. “Bisa bicara sebentar?”

Setelah semuanya pada pulang tinggal mereka berdua di lapangan, Haruhi mengambil bola basket dan men-dribble-nya.

“Mau ngomong apa?” heran Tora.

“Kurasa, cuman kamu yang bisa menerima operan ini,” jawab Haruhi datar.

“Maksudmu?”

Haruhi men-dribble bolanya lebih cepat, memasang kuda-kuda dan membuat sebuah operan cepat ke arah Tora hingga membuat temannya itu kaget setengah mati, namun ia berhasil menangkap operan Haruhi. Tak lebih dari tiga detik, tangannya tak dapat memegang bola, ia melihat kedua tangannya lecet tak seperti biasa. Apa ini akibat menahan operan bola dari Fukushima? Operan apa ini?

“Fukushi�"�"

“Kazegawa-kun, kumohon jangan kasih tahu siapapun sampai aku mengeluarkan operan itu. Bisa dimengerti?” tanya Haruhi dengan senyumannya.

“Kenapa?”

“Kumohon, ya!”

 

 

Esok saat pertandingan diadakan.

“Yosh, sudah mendaftar, tinggal menunggu giliran,” kata Haruhi ceria setelah mengisi form pendaftaran untuk dua tim. Yang lain hanya melongo saat panitia yang mengambil form dari Haruhi tak curiga kalau anak itu juga ikut bermain.

“Apa gak masalah nantinya?” bisik Tokigawa pada Tora.

Tora mengangkat kedua tangannya, “Saa, aku udah nyerah ngomong sama dia.”

“Kalian jadian, ya?” kata Suzuru tiba-tiba.

“Gak lah!”

“Soalnya kemarin kalian tinggal berdua aja. Yakin dia gak nembak kamu?” tambah Suzuru menghangatkan situasi.

“Nembak bola sih, iya,” jawab Tora menggaruk kepalanya.

“Nembak bola?” kaget yang lain, tapi mereka masih bicara pelan hingga Haruhi yang berjalan di depan tak mendengarkan pembicaraan mereka.

“Jangan bilang, dia main basket di depan kamu?” terka Tokigawa tak percaya. “Padahal selama ini ia tak pernah mau latihan bersama.”

“Nanti juga kalian bakal tahu jawabannya kenapa dia gak mau latihan sama kita,” jawab Tora. Mereka melihat ke arah Haruhi yang antusias melihat sekelilingnya. Tak lama, handphone-nya berdering dan ia bicara dengan seseorang. Melihat kiri-kanan lalu melambaikan tangannya pada seorang gadis. Gadis itu menghampirinya.

“Yuko-chan!”

Yuko mendekati Haruhi dengan memperlihatkan camera digital-nya untuk merekam pertandingan mereka �"dan itu juga ide dari Haruhi.

“Loh, kok...” kaget Tora menunjuk Yuko.

“Aku yang menyuruhnya untuk merekam pertandingan kita. Jadi... dia datang!”

“Tapi ‘kan dia dari sekolah lain?”

“Iya, aku tahu. Tapi Yuko-chan adalah sahabat terbaikku dan dia tak akan pernah menghianatiku. Aku jamin!” kata Haruhi penuh percaya diri dengan menunjukkan jempolnya. Yuko mengikuti Haruhi, memperlihatkan camera digital dan jempolnya.

Mereka saling menatap dan menerima saja. Kali ini mereka setuju dengan ide Haruhi, dengan merekam pertandingan mereka, mereka bakal tahu kekurangan mereka dalam pertandingan dan para senpai-nya dapat menilai karena mereka tak ada yang hadir �"memang diperintahkan oleh Riko untuk tidak hadir.

“Sebelum pertandingan, isi perut dulu, yuk!” ajak Haruhi mengeluarkan bekal yang ia buat dari rumah. Mereka mencari tempat teduh untuk mengembangkan karpet dan duduk bersama.

“Waah, ini semua kamu yang buat?”

“Ehehe... gak semua juga sih, dibantu sama Mika ne-chan juga.”

 

Kepada tim basket Seirin A untuk segera hadir di lapangan! Kami ulangi, kepada tim basket Seirin A untuk segera hadir di lapangan!

“Eh, tim kita disebut tuh!”

“Oh, iya. Ayo pergi!”

Mereka segera berkemas dan berlari ke arah lapangan. Tim A dengan diketuai oleh Tokigawa dan empat orang lainnya: Michi, Hakuen, Deff dan Shinsuke. Mereka mendapat giliran pertama bertanding. Haruhi langsung menyuruh Yuko untuk merekam pertandingan tersebut.

Dan saat pertandingan berlangsung, secara diam-diam Haruhi memberi arahan dari luar kepada Tokigawa dan yang lainnya dengan kode-kode tangan yang telah Haruhi kenalkan pada mereka �"karena pertandingan ini bebas dan tak ada pelatih yang memberikan arahan maupun strategi pertandingan. Bisa dibilang hal ini agak curang karena yang lain tak ada melibatkan pelatih yang memberi arahan dan strategi, hanya dari ketua tim saja. Sesekali mereka meminta waktu untuk merubah strategi dan Haruhi langsung berbisik pada tim A walau ia bukanlah salah satu dari mereka.

Dari luar, tangan kanan Haruhi membuat lingkaran dengan tangan kiri sebagai poros. Isyarat itu dilihat oleh Tokigawa yang dihadang oleh lawan dan ia kewalahan menerobosnya. Putaran tangan Haruhi ke arah kanan, berarti ada kesempatan di kanan, ia pun membelakangi lawan dan mengecohnya dengan berpura-pura menerobos lewat kiri dan secepatnya ke kanan saat lawannya beranjak ke kiri. Tokigawa lolos dan shoot langsung ke ring.

Priit!

Tambah dua poin untuk tim basket seirin A dan itu membuat mereka lolos di babak pertama. Pertama kalinya bagi mereka bertanding dan menang membuat mereka sangat senang. Mereka saling tos dan berpelukan. Tora memberikan selamat pada Tokigawa, “Jika kita bisa menang, kita akan saling berhadapan.”

Tora mengangkat bahunya sekali, “Kita belum bisa puas, masih banyak tim yang lebih kuat dan permainan semakin menyenangkan, bukan!”

Dan, setelah beberapa pertandingan, tim seirin B akhirnya mulai bertanding. Saat Haruhi masuk ke lapangan, semua orang berbisik, bahkan ada yang tertawa. Wasit saja terkejut saat ada perempuan yang masuk ke lapangan.

“Maaf, apa kamu juga ikut bertanding?” tanyanya sinis. Gelak tawa dari pemain lainnya membuat tim Tora malu berat.

“Memangnya ada syaratnya kalau perempuan dilarang bermain?” tanya Haruhi balik. Wasit itu bingung untuk menjawab pertanyaan Haruhi.

“Hei! Apa yang kalian tertawakan?!” tanya Haruhi pada semua orang. Semuanya diam. “Apa ada syarat dalam perlombaan ini perempuan dilarang ikut bermain basket? Kalau ada, aku akan keluar! Tapi kalau belum ada, tak ada salahnya, bukan?”

Tora dan yang lainnya mulai lega dan tersenyum bangga pada keberanian Haruhi. “Jya, wasit. Kalau tak ada lagi yang dipertanyakan, segera mulai pertandingan ini,” seru Haruhi.

“Hei, cewek manis,” kata salah satu lawan mereka, “Jangan menangis kalau jatuh, ya!” ejeknya dan itu membuat yang lain tertawa.

Haruhi ikut tertawa. “Hahaha... dan kamu juga jangan nangis kalah sama cewek manis ini, ya!” balasnya percaya diri.

Dan kata-kata Haruhi terbalaskan. Mereka menang telak, 80-31, dengan three point milik Tora dan juga arahan-arahan dari Haruhi. Sesekali ia pun juga menembak, agar ia tak diremehkan.

Dibabak kedua, tim Tokigawa harus berlapang dada karena mereka tak bisa masuk ke babak selanjutnya. Sebaliknya, tim Tora berhasil lolos di babak semifinal.

Apa yang salah dengan timku? Padahal ada Shinsuke yang memiliki tubuh yang tinggi sebagai center dan ia dengan mudah memasukkan bola. Walau tak sehebat Tora, Hakuen juga bisa melakukan three point dan itu selalu berhasil. Sedangkan mereka, apa karena ada Haruhi yang memberikan mereka arahan? Tapi ia juga melakukannya untuk timku, malah ia lebih tak bisa memberikan strategi yang tepat karena ia harus fokus pada pertandingannya, bukan? Lalu ada Kiba dengan badan besarnya. Ia beban, menurutku, lari saja lambat dan si jangkung Hikaru yang tak bisa menembak sama sekali. Apa kelebihan mereka?

Tokigawa berkata dalam hati, ia merasa tak puas dengan pertandingannya. Baginya, timnya lebih hebat dari pada Tora dan latihan mereka lebih serius. Tapi nyatanya ia kalah. Walau senang dengan tim Tora masuk ke babak semifinal, tapi perasaan iri tentu ada dan membuatnya berat hati menerima kenyataan itu.

“Hei, kalian semua dari Seirin, bukan?” tanya salah seorang dari tim lain yang melalui mereka sedang beristirahat.

“Memang kenapa?” tanya Haruhi sedikit kesal.

“Bukankah ini curang? Kalian membentuk dua tim dalam satu pertandingan ini?” katanya dengan memasang wajah seram. “Seakan memasang lotre lebih untuk mendapatkan keuntungan besar!”

“Jangan samakan lotre dengan pertandingan basket yang mengutamakan usaha dan kerja sama. Kalau kalian ingin beruntung, kenapa tak jadi pemain lotre daripada pemain basket?” kata Haruhi membalikkan kata-kata orang itu.

Laki-laki itu tentu saja marah dan ingin menghajar Haruhi meski tahu ia seorang gadis. Tapi Tora dan Hikaru langsung maju untuk melindungi Haruhi.

“Mencari keberuntungan katamu?” kata Tokigawa. Ia seakan tertawa, “Jangan bercanda! Jika iya, kami tak harus menerima kekalahan ini dan tetap menantang semua tim yang ada untuk kami hadapi!”

“Tokigawa?” Haruhi merasa menyesal. Ia tahu Tokigawa merasa kesal akan kekalahan mereka.

Teme, kau berani?!”

“Kuharap, kalian tak membuat keributan di sini. Kalian juga masuk ke semifinal, bukan? Jika kita saling berkelahi, kita bakal dikeluarkan dari pertandingan, tambah Hikaru.

“Huh! Lihat saja nanti! Jika bertemu, akan kami habisi kalian! Camkan itu!”

Mereka pun pergi.

Semua terdiam. Tokigawa dan teman satu timnya tertunduk lemas. Melihat situasi tersebut, Haruhi dan yang lain tak tahu harus mengatakan apa. Ia ingin menyemangati teman-temannya itu, tapi apa?

Yuko yang menjadi orang luar lebih diam dari yang lain, ia terus saja merekam, bahkan perselisihan tadi juga tak sengaja ia rekam. Melihat kesuraman situasi tersebut, Yuko menghentikan rekamannya. “Kukira kalian tak akan pernah memakan apa yang orang lain katakan?”

Semua beralih memandang Yuko yang tiba-tiba saja bicara pada mereka. “Ah, bukan maksudku untuk. . . tapi, ya, begitulah... jadi..jadi maksudku,” Yuko mulai kegagapan, “ganbatte kudasai[1],” katanya dengan menunduk malu.

Melihat tingkah Yuko yang malu-malu itu membuat yang lain tertawa, begitu pula Haruhi. “Yuko-chan!”

Ha..hai’?

Arigatou~!!” katanya sambil memeluk sahabatnya itu.

Yamete yo, Haruhi-chan. Malu tahu!” elak Yuko yang sesak dipeluk Haruhi.

“Yuko-chan daisuki~!” tambah Haruhi.

“Huwa, aku juga mau dipeluk dong!” canda Kiba.

“Sini-sini,” ajak Suzuru mengembangkan kedua tangannya.

“Ih, gue gak malu dipeluk sama cowok, cin~!” elak Kiba ngibasin tangannya.

“Hahaha...”

Akhirnya mereka bisa tertawa dan menghilangkan segala perasaan negatif untuk dapat mengikuti pertandingan semifinal.

“Seharusnya aku tak perlu mengutuk diriku sendiri dan selalu memandingkan segala hal setelah pertandingan terakhir tadi,” kata Tokigawa pada yang lain. “Memang benar, disini kita bukan mencari keberuntungan, tapi usaha dan kerjasama tim.”

Yang lain mengikuti dengan tersenyum lega. “Menangkan pertandingan kali ini untuk kita semua, kawan,” kata Tokigawa pada tim Tora.

“Serahkan pada kami!” kata Tora semangat. Mereka saling berjabat tangan.

Haruhi sangat lega akan situasi yang tadinya suram menjadi ceria lagi. Itu berkat Yuko, menurutnya. Yuko yang pendiam, sesekali bicara dan apa yang ia katakan tak akan sia-sia. Itu yang membuat Haruhi senang dapat membawa Yuko �"dan juga sebagai penengah diantara mereka.

“Ah, enak, ya, jadi laki-laki,” kata Yuko pelan.

“Memang kenapa?” tanya Haruhi heran.

“Kau tahu, dari dulu aku selalu iri dengan persahabatan antara laki-laki. Persahabatan mereka selamanya dan tak pernah terpisahkan. Mereka tak pernah berpura-pura, jika tak suka maupun tidak akan dikatakan secara terbuka.”

“Yah, memang benar. Aku juga berpikir seperti itu, tapi Yuko-chan, apa persahabatan kita juga termasuk pura-pura?”

“Tidak. aku tak berpikir seperti itu. Tapi... kita berdua memiliki rahasia masing-masing yang tak boleh diketahui, bukan?”

“Haha... sepertiya begitu. Maaf, ya, Yuko-chan. Demo, arigatou.

Pertandingan semifinal, awalnya berjalan lancar. Baik tim Haruhi maupun tim lawan saling bekejaran angka. Walau Haruhi bermain, ia lebih fokus dalam memberi arahan pada temannya dan memberikan umpan yang baik dan juga arahan yang tepat. Dengan pass dari Kiba yang tak meleset, ada Tora yang dapat mencetak tiga angka, lalu Suzuru dan Hikaru yang memiliki tubuh tinggi dan kompak. Namun ditengah pertandingan, saat bola berada di tangan Hikaru, ia dikawal oleh musuh dengan ketat, begitu pula yang lain, terutama Tora. Melihat situasi yang sempit, Haruhi terpaksa mengeluarkan kemampuannya.

Dari jauh Haruhi menyuruh Hikaru untuk mengoper ke arahnya. “Hikaru!”

Hikaru melempar bola ke Haruhi. Salah satu yang menjaga Tora mengejar Haruhi dan mencoba mengawalnya. Karena bola ditangan Haruhi, lawan lengah dan tak tahu Tora lepas dari pengawasan dan kesempatan itu diambil Haruhi untuk melempar ke arah Tora. Missdirection!

Dengan sekuat tenaga Tora menerima lemparan dari Haruhi dan memasukkannya dalam ring. Beberapa orang terkejut dengan situasi yang tiba-tiba saja bola terlempar ke arah Tora dan masuk begitu saja.

Berulang, Haruhi melemparkan bola pada teman-temannya tanpa diketahui oleh lawan dan juga teman satu timnya juga heran dengan bola yang tiba-tiba mengarah pada mereka. Dan akhirnya, mereka pun menang walau jarak poinnya tak jauh, 78-75.

Mereka saling bertosan akan keberhasilan mereka masuk final.

“Fukushima, dari mana kau mempelajari pass seperti itu?” tanya Suzuru heran.

Haruhi terdiam dengan senyumnya yang gugup, “Oh, itu…”

Tokigawa menghampiri tim seirin B, Five Queens?

Semua melihat ke arah Tokigawa. “Kau tak mungkin mempelajarinya dalam waktu sesingkat itu, bukan? Lebih tepatnya kau meniru?” tambahnya.

“Kalau tidak salah, itu missdirection, bukan?” tanya Suzuru.

“Bukannya senpai kita juga ada yang punya keahlian itu? Kuroko-senpai bukan?” tambah Kiba.

“A..aku mempelajari itu darinya,” elak Haruhi.

“Jangan bohong,” tegas Tokigawa. “Aku kenal Five Queens dan kau salah satunya, bukan? Pemilik nama Haru, sang sakura!”

Semua kaget dan menatap Haruhi yang terdiam karena kaget setengah mati.

Five Queens yang pernah kamu bilang itu, Tokigawa-kun? Massaka?” heran Hikaru.

Ya, kan, akhirnya ketahuan. Dasar ceroboh!

“Memang apa salahnya kalau Haruhi memanglah Haru?” kata Yuko membela sahabatnya. Ia memegang tangan Haruhi erat-erat karena tampaknya sahabatnya itu seakan ingin pingsan. “Tak ada salahnya, bukan?”

“Yah… memang tak apa, sih. Tapi…” Bagi Tora tak masalah karena ia sendiri juga bingung Five Queens itu apa, belum lagi melihat Tokigawa yang serius membicarakan tentang Five Queens, ia berpikir bahwa itu hal yang penting.

“Kenapa kau tak mau mengatakannya dari awal?” tanya Tokigawa kembali.

“Aku…aku…”

Tokigawa memegang pundak Haruhi. “Kenapa kamu gak bilang dari awal kalau kamu itu Haru? Aku ‘kan nge-fans banget sama Five Queens!!” kata Tokigawa penuh semangat.

“Eh?” kaget Haruhi.

“Kau tahu kabar Utsushiina Rihara sekarang? Aku benar-benar merindukannya~” Tokigawa memegang mukanya yang memerah seperti tomat.

Are?[2]

Haruhi sedikit merasa kesal karena respon Tokigawa berbeda dari apa yang ia pikirkan. Haruhi melihat teman-temannya yang lain. Mereka tersenyum, tak ada sedikitpun wajah marah ataupun kesal yang diberikan padanya.

“Pantas saja kau jago main basket!” komentar Hikaru.

“Dan lagi dengan mudahnya membuat strategi layaknya pemain pro!”

“Ajari kami, kantoku kedua. Onegai ne!

Mendengar komentar teman-temannya itu, Haruhi sangat senang dan menitikkan air mata, “Arigatou, minna.Kupikir kalian akan marah karena identitas yang kurahasiakan ini.

Yuko melap air mata Haruhi, “Yokatta nee, Haruhi-chan.”

Sluurpp!

“Ih, jorok! Hapus tuh ingus!”

Haruhi melap ingusnya dengan lap tangan yang diberikan Yuko. “Minna…DAISUKI!!” Haruhi melompat ke arah teman-temannya dan memeluk mereka semua.

“Hoi! Malu-maluin tahu!” harik Tora kesal. “Diliatin sama orang-orang tuh! Lepas! Lepas!”

“Hei, kalian jangan lupa, pertandingan semifinal dimulai lima menit lagi, lho!” kata Yuko mengingatkan.

“Wah, gawat! Ayo kembali ke lapangan!”

“Seirin, FIGHT!!”

Keceriaan mereka tak berlangsung lama karena mereka berhadapan dengan tim yang berselisih dengan mereka sebelumnya. Dan lagi, mereka kebanyakan lebih tinggi dan tampak lebih professional.

“Tim Seirin B melawan Tim Kirisaki!” kata pengarah pertandingan itu lewat microphone.

Kedua tim masuk ke lapangan. Salah satu dari mereka menyapa tim Haruhi dengan sinis kembali. “Yo, tiba juga waktu pembantaian. Aku Kazuya Hiroshi, kapten tim. Yoroshi.”

“Pembantaian? Kelihatannya menakutkan,” ejek Tora.

Haruhi menepuk pundak Tora dan berbisik, “Kudengar mereka sangat suka bermain kasar. Hati-hati, kapten.”

“Hei! Ini bukan waktunya pacaran! Lagi pula, gadis kecil, seharusnya kau pulang saja, cari susu di kulkas lalu tonton anime kesukaanmu. Itu saran terbaikku saat ini,” ejek Kazuya Hiroshi pada Haruhi.

Haruhi tak menjawab dengan kata-kata melainkan dengan tatapannya yang tajam. Hal itu justru lebih menantang dan membuat lawannya marah. Kazuya hampir mendekati Haruhi namun dicegat oleh temannya.

Pertandinganpun dimulai.

Baru menit pertama, tim lawan menampakkan jati diri mereka yang sebenarnya. Korban pertama mereka adalah Hikaru. Mereka menginjak kaki Hikaru dengan sengaja tapi wasit tak nampak pelanggaran itu. Hikaru hanya sebagai contoh bagi mereka jika masih melawan. Haruhi sangat geram, ia mencoba membaca setiap gerakan lawan dan mencoba mencari ide agar timnya bisa menghindari cidera yang dibuat oleh tim lawan.

Mereka tak bisa melaporkannya karena hal itu akan menimbulkan perselisihan dan tim lawan akan menuduh timnya sebagai penghasut, dan pertengkaran akan terjadi, tim kita bakal didiskualifikasi jika melapor tak punya bukti, pikir Haruhi.

Haruhi meminta waktu istirahat sebentar.

“Mereka mengambil kesempatan dengan tubuh besar mereka untuk menutupi kecurangan!” kesal Suzuru.

“Yah, aku tahu itu,” kata Haruhi berpikir keras. “Kakimu tak apa, Hikaru?”

“Yah, hanya cidera ringan. Aku masih bisa bermain,” jawab Hikaru yang menahan sakit di kakinya.

“Di babak pertama ini, aku mau coba teknik Kuroko-senpai...”

“Kuroko-senpai? Missdirection maksudmu?” tanya Suzuru.

Haruhi mengangguk, “Kupikir, taktik ini yang efektif untuk menghadapi mereka yang curang. Pengalihan mata? Kalau begitu kita buat juga pengalihan mata versi kita? Bagaimana? Teman-teman, arahkan bola terus padaku, akan kuoper pada Kazegawa-kun, kau siap, ‘kan, Kazegawa-kun?”

“Siap!” jawab Tora mantap.

“Larimu cepat! Aku ingin kamu mencoba mengelabui mereka dengan kecepatanmu dan cobalah lolos dari pengawasan mereka sampai mereka membaca strategi kita. Sampai saat itu tiba, semoga aku dapat membaca gerakan mereka!”

Pertandingan dimulai kembali. Kiba, Suzuru maupun Hikaru terus mencoba mencari kesempatan untuk melemparkan bola pada Haruhi. Lalu Haruhi akan melempar secara cepat ke arah Tora, dan Tora harus mengelabui lawan yang menjaganya agar ia bebas dan melempar bola ke ring. Dan strategi itu terus dipakai mereka hingga...

Prit! “Pelanggaran!”

“Kazegawa-kun!” Haruhi dan yang lain mendekati Tora yang duduk kesakitan memegang pergelangan kaki kanannya. Ya, kali ini Tora telah menjadi umpan lawan yang kesal karena ia terus mendapatkan poin.

“Sial!” kesal Suzuru.

“Tunggu, Suzuru-kun! Jangan!” Haruhi berusaha mencegat Suzuru yang ingin membalas perlakuan lawan.

“Apa kau masih bisa bermain?” tanya wasit.

Haruhi mengurut pergelangan kaki Tora hingga tulangnya berderik. “Pemulihan sementara,” kata Haruhi. Tora mengangguk dan berusaha menekan rasa sakitnya untuk berdiri, dibantu oleh Kiba. Menggerak-gerakkan kakinya perlahan. Tora mendapatkan kesempatan untuk melempar bola. Ia tak yakin masuk dengan kakinya yang masih terasa memberat.

Priit..!

 

Pertandingan street basketball selesai. . .

Jauh dari lapangan pertandingan, seluruh ichinen tim basket Seirin, Haruhi dan juga Yuko duduk bersama menghilangkan lelah setelah pertandingan.

“Akh, ternyata pertandingan itu melelahkan!” keluh Tokigawa.

“Yah, tapi juga menyenangkan!” kata Tora terengah-engah.

Otsukaresamadeshita, minna[3]!!

Seseorang, tidak ada beberapa orang mendekati mereka yang tengah beristirahat. Mereka tak lah asing, dan salah seorangnya memberikan dua plastik besar berisi minuman kaleng buah pada Haruhi.

“Riko-ne?!” kaget Haruhi.

Senpai-tachi juga kenapa ada di sini?” kaget semuanya.

Selain Riko, Hyuuga, Kiyoshi, Izuki, Kogane, dan juga Furihata datang melihat pertandingan ichinen �"walau itu dibabak terakhir.

“Ho..oh! mentang-mentang udah diberi kebebasan untuk ikut bertanding, kalian pikir kami akan lepas tangan begitu saja?!” kesal Riko, ia mendekati Tora dan mencekik anak itu dari belakang hingga anak itu kehilangan napas. “Kalian itu sama seperti anak ayam yang dilepas ke hutan, tapi induknya masih berada di dekat anak untuk mengawasi. Dasar ichinen!

I...it..ta..i.. Nyerah, nyerah.” Tora mengangkat tangannya, menyerah.

Riko melepaskan Tora yang terbatuk-batuk.

“Hyuuga, sepertinya sudah ada penggantimu di posisi kapten!” kata Riko mengacak rambut Tora.

“HAAH?!!” kaget Hyuuga Junpei dan Tora bersamaan.

“Setelah lulus,” tambah Riko.

“Oh...” kata Hyuuga lega. Saat Riko mengatakan posisinya digantikan oleh ichinen seakan harga dirinya sebagai senpai tak berarti. “Tapi, anak tahun dua lebih pantas mendapatkan posisi kapten karena mereka lebih berpengalaman,” pikirnya.

“Yah, semua itu nanti saja kita putuskan!” kata Riko ringan. “De, gimana pertandingan pertama kalian?” tanya Riko.

“Kupikir Riko-ne udah lihat semuanya,” jawab Haruhi memanyunkan bibirnya.

Satu bogem mentah mendarat ke kepala Haruhi. “Riko-ne, hidoi[4]!” >o<

“Kau ini!!”

Gomenasai~,” Haruhi mengelus kepalanya, “Semua pertandingan udah direkam sama Yuko-chan kok! Nee, Yuko-chan?” Haruhi menatap Yuko yang mengutak-atik kameranya.

“Hah! Gak terekam...!”

“HEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEHHH???” semuanya kaget.

“Bercanda! Teehee~!

Gubrak!

“YU-KO-CHAN!!!” kesal Haruhi. Ia mencekik Yuko, walau itu hanya pura-pura dan membuat leher temannya geli. Yang lain tertawa lega, mereka telah dikerjai oleh teman manajer mereka itu.

“Haruhi, kamu bawa saja rekaman itu, dan besok setelah pulang sekolah kuambil,” saran Riko.

“Sip!”

Yuko mengeluarkan microSD kameranya, memasukkannya pada kotak kecil penyimpan barulah diberikan pada Haruhi. Haruhi memasukkan kartu memori itu dalam tasnya.

Mereka pun jalan pulang bersama.

“Oh, iya, piala ini siapa yang bawa pulang?” tanya Suzuru.

“Sebagai pelatih, aku sangat terhormat membawa pialamu, Suzuru-kun!” kata Riko mengambil piala di tangan Suzuru. Semuanya tertawa melihat Suzuru yang sepertinya tak mau melepaskan piala itu.

Pengalaman ini sangat berarti bagi kami anak satu. Yah, dengan pertandingan ini telah meyakinkan para senpai bahwa kami telah siap menghadapi pertandingan yang sesungguhnya. Tak hanya dari tim yang ada di pertandingan tadi �"seperti Kirisaki yang curang, tapi banyak tim yang lebih hebat dan juga. . . Kiseki no Sedai. Ryouta Kise-ni, lalu Aomine yang pernah kutemui beberapa minggu yang lalu, dan masih ada tiga orang lagi yang belum pernah kutemui secara langsung. Tapi sebelum itu, akan kupastikan bahwa tim kami akan sangat siap di pertandingan Inter High dan juga Winter Cup!



[1] Bersemangatlah

[2] Apa?

[3]

[4] Jahat.



© 2014 Aga ALana


Author's Note

Aga ALana
like please~ :v *kayak di facebook aja, khukhuu

My Review

Would you like to review this Chapter?
Login | Register




Share This
Email
Facebook
Twitter
Request Read Request
Add to Library My Library
Subscribe Subscribe


Stats

351 Views
Added on September 28, 2014
Last Updated on September 28, 2014
Tags: fanfiction, sport, teen, comedy


Author

Aga ALana
Aga ALana

Padang, Padang, Indonesia



About
Hi, everyone who loves reading and writing! anything~ ^^ I'm Aga ALana, i'm not pro in writing and not newbie at all, i'm still learning how to be good writer and give good stories to everyone~! I w.. more..

Writing
02 &ndash; Class A 02 – Class A

A Chapter by Aga ALana