Cowok Ganteng, Jangan Gay dong!

Cowok Ganteng, Jangan Gay dong!

A Story by Aga ALana
"

gak lucu 'kan, cowok yang kita suka direbut cowok lain??

"

Kita semua sama-sama tahu, satu fakultas tahu bahkan semua yang kenal dia tahu bahwa ia cowok yang keren abis! Plus, dia cowok yang pintar dengan segudang aktifitas kampus yang ia tekuni. Siapa sih yang gak bakal jatuh cinta sama tipe cowok kayak dia? It’s impossible to think that. Jujur, aku juga suka dan diam-diam menjadi penggemar rahasianya. Dan aku tahu, teman-teman cewekku juga pada banyak yang diam-diam memendam perasaan sama cowok cool satu ini.

Well, namanya Bagas Laksana. Dia teman satu jurusan denganku dan juga salah satu anggota komting. Orangnya ramah, easygoing dan kupikir dia gak pernah memandang sebelah mata dalam pertemanan. Wah, benar-benar tipe cowok idaman!

Namun, sampai saat ini. . . dia belum punya cewek!!

Wah, parah banget gak, tuh? Lo itu ganteng, pinter, tapi kenapa gak punya cewek?! Apa jadi cowok ganteng itu sangat mencari pasangan yang sesuai dengan keadaan dirinya, yang hampir mendekati perfect? Kalau dia berpikir seperti itu, aku bukanlah tipenya.

Yah, aku hanya cewek biasa aja. Tampang pas-pasan, otak lumayan, dan yeah, shorty girl(?) �"tinggiku hanya seratus limapuluh sentimeter pas! Bayangkan saja, jika aku jalan bareng sama doi, baik leherku maupun dia pasti bakalan sakit dan kram karena sama-sama susah bertatap. Huft, tingginya seratus tujuhpuluh delapan sentimeter �"beda duapuluh delapan sentimeter denganku. Bisa-bisa, kami jadi pasangan terunik di kampus.

Dan itupun kurasa. . . tak mungkin.

 

Waktu hasil presentasi bahasa inggris kali ini, aku dan kelompokku tampil. Kami mengangkat topik tentang teknologi saat kini yang semakin marak dikalangan masyarakat. Dengan aku sebagai narator, Tiara dan Juna sebagai presentator satu dan dua. Topik yang kami angkat memang agak berat dan jika kami tak dapat membatasi topik kami, topik ini bisa mengambang ke arah lain. Karena itu kami membatasi presentasi kami pada apa-apa saja jenis teknologi yang sangat sering digunakan (sangat dibutuhkan) oleh masyarakat, serta kelebihan dan kerugiannya. Presentasi kami berjalan dengan baik.

Selanjutnya, kelompok Amran maju. Mereka mengangkat topik tentang Undang-Undang seks sama jenis yang baru-baru ini sangat hangat dibicarakan. Well, bagiku itu adalah topik yang agak berat dan lagi mengaitkan dengan undang-undang, kebiasaan orang-orang dan juga agama. Bagi kami yang satu angkatan �"terutama yang ada dalam ruang presentasi kali ini, semuanya beragama Islam dan tentulah kalian tahu bahwa kami sangat amat menentang undang-undang itu.

Suka sesama jenis, apa untungannya coba? It’s aimless to get relationship with same gender, if you just need love or some kiss? Bahkan Tuhan sangat membenci hal itu karena Dia telah menciptakan manusia kepada dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan yang diciptakan berpasangan. Bagiku, orang yang menyukai sesama jenis itu gak punya iman sama sekali. Gak punya keyakinan sama Tuhan, gak percaya dengan jodoh yang direncanakan Tuhan untuknya.

Setelah presentasi bebas itu, aku dan teman-teman pergi ke mushalla untuk shalat zhuhur �"karena pas waktu habis jam kuliah, lalu kami lanjutkan ke kantin untuk makan siang. Di sana, kami sangat antusias membicarakan tentang presentasi terakhir itu. Kami, para cewek normal tentu saja sangat keberatan dengan hal itu.

“Bisa jadi, bukan sesama cewek saja yang jadi saingan, tapi juga sama cowok! Bayangkan coba, lo suka sama cowok �"keren, pintar pokoknya tipe lo banget deh, tapi ternyata dia gay!” komentar Juna pada kami semua.

“Bener banget!” kata kami menyutujui.

Kami sangat setuju karena kami kelompok cewek yang jomblo! Mungkin karena itu kami tak ingin punya pesaing cowok dalam percintaan. Gak lucu tahu jika seandainya kita suka sama cowok, terus kita ditolak. Saat ditanya sama teman-teman kenapa kamu ditolak, lalu kamu jawab, ‘karena dia udah direbut sama cowok lain!’

HAHAHA... GAK LUCU!!

“Kalau kayak gini, ya, jagain tuh saudara-saudara cowok kalian, jangan sampai mereka gay. Geli tahu!” tambah Ine.

Well, sedangkan genre anime yaoi[1] seperti itu aja ataupun yuri[2] gak enak banget ditonton, apalagi dikehidupan nyata!” timpalku.

Seasik apapun, seantusias apapun dan seserius apapun kami bicara tentang orang-orang yang suka sesama jenis dan ketidaksukaan kami pada hal seperti itu, Rita, temanku yang satu ini hanya diam saja mendengar kami dan tak berkomentar apapun. Kami paham, karena Rita tipe orang yang pendiam dan gak terlalu mengungkit masalah apapun kecuali yang ada dihadapannya.

“Eh, kalian udah tahu gak,” Juna bicara berbisik pada kami sehingga kami harus membungkuk dan saling mendekat agar dapat mendengarkan perkataannya Juna, “kalau ada salah satu dari teman cowok kita yang gay.”

“Eh?!!” kaget kami semua.

“Sstt!” Juna mengisyaratkan agar kami semua diam dan tenang. Kami kembali mendengarkannya, penasaran!

“Emang siapa?” tanyaku sangat amat tak percaya. Jujur, hal seperti ini akan sangat ditemukan di lingkunganku.

“Ternyata, kita udah ditipu sama ketampanan seseorang. Dan kadang, kita gak boleh ketipu sama ketampanan seorang cowok dan bagaimana cara mereka bergaul,” tambah Juna. Kami masih bingung namun tetap terus mendengarkan perkataan Juna. “Bagas,” timpalnya.

Bagas? Emangnya kenapa dengan Bagas? Aku masih bingung.

“Dia gay. Gue dengar dari teman-teman cowok. Benar atau enggak-nya, buktiin aja sendiri.”

Bingung. Masih bingung sekaligus kaget dengan apa yang dikatakan oleh Juna. Apa aku salah dengar? Kulihat reaksi Ine dan Rita yang dengar hal itu, dan Juna yang menginformasikan berita buruk itu, mereka semua bertampang kaget, tak percaya dan sedikit jijik. Aku pikir, aku tak salah dengar.

“Astaghfirullah, Juna. Kamu gak salah tuh? Bisa jadi fitnah, lho!” kataku agak kesal.

“Awalnya gue juga gak percaya, Vit. Tapi, teman-teman cowok kita banyak yang tahu hal itu dan mereka punya bukti.”

“Bukti? Bukti apa?”

“Hmm... status di facebook? Tweet? Ya, pokoknya gitu deh!”

“Ih, ngeri juga, ya. Gak nyangka, cowok kayak Bagas itu ternyata... Pantas aja, akhir-kahir ini teman-teman cowok semua pada ngejauhin si Bagas. Aku pikir karena mereka iri dengannya, ternyata.... Untung aja aku udah punya cowok,” komentar Ine.

Ine satu-satunya yang punya cowok dikelompok kita. Jadi kupikir, kata sekelompok cewek jomblo untuk kita, dicoret! Oke, balik ke Bagas.

Aku gak habis pikir kalau Bagas yang yah, cowok yang bisa dibilang perfect �"walau gak ada di dunia ini manusia yang perfect, ternyata... aku gak bisa nyebutinnya. That’s so hurts for me to accept the fact! Dan benar apa yang dikatakan oleh Juna, kini bukan hanya sesama cewek aja yang jadi saingan, tapi cowok juga!

Ukh, sebal banget! Pasti kalian bakal sebal dan kesal sama diri sendiri kalau kalian tahu bahwa cowok yang kalian suka itu gay!

Tapi, aku malah berpikir lain! Sisi lainku yang ‘terlalu positif’ mengatakan bahwa ini tantangan yang sangat luar biasa. Mendekati seorang cowok yang suka sesama jenis, mengubah pandangannya dan membuat dunianya teralih ke aku. Ha? That’s impossible idea to do, apalagi aku hanya seorang cewek yang tak bisa agresif sama sekali sama cowok.

Jujur, itu hanyalah hayalan semata! Memangnya di dunia ini cerita seperti di sinetron atau anime bisa terjadi? Gak sengaja ketemu di suatu tempat terus jadi dekat? Saling jatuh cinta lalu sehabis itu saling menyatakan perasaan? Kalau happy ending mah enak, cintanya diterima, tapi kalau sad ending? ‘Sorry, gue suka sama sesama jenis.’

WHAT THE HELL!

Kalau kejadiannya seperti itu, aku bakal pingsan dan gak bakalan mau bertemu apalagi bertatap muka sama ntu cowok!

Tapi sebagai cewek normal, aku masih berharap ada setitik cahaya terang yang bakal kasih aku jalan keluar dalam cerita asmara ini. Siapa tahu, dalam hati Bagas yang paling kecil masih ada keinginan untuk dicintai oleh seorang gadis. Biarlah ia jatuh cinta pada gadis lain, aku rela asal tidak dengan laki-laki!

 

 

Beberapa hari berlalu dari gosip Bagas yang.... you know lah, hari ini aku diam-diam ke toko buku tanpa mengajak ketiga sahabatku itu. Terkadang, aku ingin santai jalan sendiri tanpa harus meminta ditemani oleh salah satu di antara mereka, biasanya sih gitu. Tapi untuk hari ini, lagi mood-nya sendirian.

Aku lagi mengincar novel-novel keluaran terbaru. Dari sekian banyak genre mulai dari romance, magic, fantasi sampai detektif seperti Sherlock Holmes banyak pilihannya. Hal ini sangat membuatku bingung akan membeli yang mana. Dan juga karena uangku terbatas, hanya bisa membeli satu novel maka karena itu aku sangat selektif. Sambil membaca sinopsis yang ada disetiap buku, aku mencari mood genre buku apa yang ingin ku baca.

Walau aku memiliki ekonomi yang standar, amat dibawah standar mungkin, dengan uang bulanan kuliah dibawah biasa orang lain, aku selalu menghemat uang hanya demi membeli sebuah buku untuk sekali dalam sebulan. Aku paling anti baca novel secara gratis di toko buku. Bukan gengsi, tapi kasian yang jaga toko buku ini, udah ada larangannya untuk tidak membuka bungkus buku dan membacanya sambil berdiri, tapi masih aja banyak yang melanggar. Sangat tidak etis bagiku.

 

[__Well, pesan dariku untuk teman-teman sekalian; kalau kalian suka akan sesuatu, baik itu buku atau apa pun itu, hargailah dengan membelinya, misalnya buku. Seenggaknya rental! Pelit banget ngeluarin uang. Kalian mati gak bakalan bawa uang. Percaya deh sama aku!__]

 

“Vita?”

Lagi asik-asiknya memilih buku apa yang akan aku beli, ada yang memanggilku. Jujur, itu agak mengganggu. Tapi saat aku tahu siapa yang menyapaku, aku gak nyesal. Dia Bagas! Tapi, karena omongan dari Juna, aku agak sedikit ilfeel ngelihat cowok yang satu ini.

“Bagas? Lagi ngapain di sini?” kataku refleks.

“Lagi cari buku. Emang ada hal lain lagi ya, kalau ke toko buku?”

“Ya, siapa tahu aja ‘kan, kamu lagi ngecek jumlah buku.”

“Maksud kamu aku pegawai di sini?” herannya.

“Eh, bukan. Sorry, cuma bercanda,” kataku cengengesan.

“Huh, dasar. Aku kira!” timpalnya tertawa. “By the way, sendirian? Gak sama Juna dan yang lainnya?”

“Iya. Lagi ingin jalan sendirian aja,” jawabku.

“Tumben? Biasanya kalian selalu pergi bareng.”

“Ya, gitu deh. Lalu, kamu gimana? Sama teman?” tanyaku balik.

“Ah, ya....begitulah,” jawabnya ragu.

Tak lama, seorang cowok yang hampir sama tinggi dengan Bagas menghampiri kami. Lumayan cakep juga. Dia manggil Bagas dari jauh dan melihatku agak tajam. Waduh!

“Ah, ini teman gue, namanya Reno.” Bagas memperkenalkan cowok yang memiliki kulit sawo matang yang matang abis padaku. “Reno, ini Vita, teman satu jurusan gue.”

Kami saling berjabat tangan dan berkenalan.

Sepertinya �"walau bukannya sepertinya lagi, Reno berbisik pada Bagas dan menyuruhnya untuk ikut dengannya. Dan, tentu saja meninggalkanku. Aku ber-feeling buruk bahwa Reno inilah yang.... you know lah sama Bagas.

“Vit, gue duluan ya,” pamit Bagas padaku.

“Buru-buru amet? Emang bukunya udah ketemu?” tanyaku yang sebenarnya niatku untuk membuat Bagas bertahan.

“Yah, sepertinya begitu. Yang cari buku bukan gue, tapi Reno.”

“Ooh. Oh iya, kalau boleh tahu, Reno kuliah di mana?” aku mulai bertingkah sok akrab, dan niatku emang membuat Bagas bertahan dan mencongkel informasi. Baik, dari ekspresi wajah Reno semakin menunjukkan kejengkelannya padaku dan sikap Bagas yang bingung harus menjawab pertanyaanku.

“Kepo banget sih lo! Udah ah, Gas, kita cabut.” Reno jalan meninggalkan kami berdua.

Well, itu adalah reaksi yang sangat bagus akan keingintahuanku yang tak sengaja. Dengan kegagapan, Bagas kembali pamitan padaku dan berniat mengejar Reno. Tapi aku mencegatnya.

Sudah kuberitahu sebelumnya kalau aku bukanlah cewek yang agresif, tapi kali ini secara reflek aku ingin sekali lebih dekat dengan cowok satu ini. Aku agak kesal dengan pilihan Bagas dan ‘kejelekan’ Reno �"walau aku tak tahu siapa yang duluan menembak atau mereka sama-sama mengungkapkan perasaan mereka.

Sekali lagi, kali ini aku bicara refleks!

“Apa kamu yakin dengan pilihanmu, Gas? Sudahkah kamu memikirkan konsekuensi dan hal buruk apa yang akan terjadi padamu jika hubungan itu diteruskan? Aku sangat benci dengan keadaan kamu saat ini. Dan aku bicara bukan sebagai teman.”

Bagas kaget dengan pernyataanku. Dan jujur lagi, aku sendiri juga kaget dengan apa yang kukatakan barusan. Kami sama-sama terdiam. Sepertinya Bagas tak kaget lagi mengetahui aku yang tahu tentang cinta terlarangnya itu karena berita itu sudah tersebar dalam fakultas, tak terlalu menyebar ke luar.

“Lalu, menurut lo gimana?” ia malah bertanya padaku.

“Aku tak punya pengalaman akan asmara, aku sendiri juga jomblo. Emang gak pantas aku bicara seperti itu, tapi setidaknya aku tahu agama sangat melarang akan hal itu, Tuhan sangat membencinya.”

“Ini bukan urusan lo,” jawabnya lemah tapi terkesan kesal mendalam.

“Yah, memang bukan. Maaf,” sesalku.

Aku berlalu meninggalkan Bagas dengan secarik kertas yang kuberikan padanya. Dari jauh aku melihat Reno yang menghampiri Bagas dengan kesal. Bagas sendiri menenangkan Reno dengan mengelus kepalanya. Setelah itu Reno memegang tangan Bagas dengan erat dan membawanya pergi.

JIJIK!!

Aku yakin, Bagas mencari waktu untuk membuka kertas yang aku berikan padanya tanpa diketahui oleh Reno. Bagas membaca surat singkat dariku dan aku yakin, ia akan mempertimbangkan perkataanku.

 

‘Banyak cewek yang suka sama kamu, terutama aku. Jadi, cowok ganteng, jangan gay!’

 

-FIN-

 

 

 

Note for this short story from writer:

Be a normal! Jangan lakukan apapun yang ngebuat Tuhan marah sama kita. Just do the best, dan jangan lupa kalau Tuhan itu selalu ada disamping kita.

Jodoh itu gak kemana-mana, guys!



[1] Genre anime: penyuka sesama jenis (bagi laki-laki)

[2] Sama dengan yaoi, tapi untuk perempuan

© 2014 Aga ALana


Author's Note

Aga ALana
maaf kalau menyinggung SARA, tapi di negaraku ini penting sekali diperhatikan >/<

My Review

Would you like to review this Story?
Login | Register




Share This
Email
Facebook
Twitter
Request Read Request
Add to Library My Library
Subscribe Subscribe


Stats

7179 Views
Added on September 26, 2014
Last Updated on September 26, 2014
Tags: kontroversi, inspirasi

Author

Aga ALana
Aga ALana

Padang, Padang, Indonesia



About
Hi, everyone who loves reading and writing! anything~ ^^ I'm Aga ALana, i'm not pro in writing and not newbie at all, i'm still learning how to be good writer and give good stories to everyone~! I w.. more..

Writing
02 &ndash; Class A 02 – Class A

A Chapter by Aga ALana