01 – Welcome to Saotome Academy!

01 – Welcome to Saotome Academy!

A Chapter by Aga ALana

Kitani Yuzuru mengharapkan perbedaan. Karena dari kecil ia berpikir bahwa ia selalu berbeda dari orang-orang di sekitarnya. Bahkan keluarga sekalipun. Terkadang ia merasa terasingi, menyendiri, hanya melihat teman-temannya bermain dari balik jendela kamarnya. Lalu, ia akan bernyanyi, lagu Kupu-Kupu Terbang kesukaannya. Bahkan hingga kini ia masih saja tak tahu siapa penyanyi dari lagu kesukaannya itu, yang ia tahu neneknya suka menyanyikan untuknya jika ia tak bisa tidur. Dan ia pun menebak bahwa lagu itu tidak dinyanyikan oleh penyanyi manapun, melainkan neneknya sendiri.

Saat semua anak seumurannya memilih SMA yang populer ataupun memiliki klub yang mereka minati, tidak dengan Yuzuru. Ia memilih Saotome Academy, sekolah swasta jurusan musik yang sangat terkenal. Ia ingin menyanyi lebih banyak lagi. Ia ingin memainkan berbagai macam alat musik. Kehidupan yang diisi oleh melodi dan berbagai macam harmoni.

“Apa kamu yakin masuk sekolah musik, Yuzuru?”

Pertanyaan ibu dan ayahnya selalu terngiang-ngiang di dalam kepalanya.

Tak ada lagi dalam otaknya selain musik. Ia ingin menjadi penyanyi.

Ia ingat saat pertanyaan itu dilontarkan padanya, detakan jantungnya berdetak kencang. Karena ia masih ragu, karena kedua orangtuanya ragu padanya. Karena ia tak memiliki latar belakang penyanyi maupun musisi dalam keluarganya. Dan kedua orangtuanya hanya menginginkan ia bersekolah, kuliah lalu bekerja seperti orang kebanyakan. Karena ia tahu ia berbeda dan tak bisa menjadi salah satu dari kebanyakan orang, ia memilih perbedaan itu, pilihan yang berbeda. Ia telah bertekad. Sekali lagi ia meyakinkan dirinya sendiri dan menjawab tanpa ragu.

Iya!

Cahaya matahari sore begitu saja masuk ke dalam kamar. Yuzuru baru sadar bahwa malam akan segera datang. Jam berapa ia tiba di asrama? Ia tak begitu yakin. Karena baru tiba ia langsung berbenah, dan kini ia sudah selesai.

Pintu kamar diketuk dari luar. Lalu pintu dibuka oleh seseorang dari luar. Gadis itu tersenyum pada Yuzuru, Yuzuru membalas senyumannya. Gadis itu masuk ke kamar membawa sebuah tas yang lumayan berat, Yuzuru pikir itu ialah tas baju.

Yamashita Chihiro. Salam kenal!”

“Kitani Yuzuru. Salam kenal juga Yamashita-san,” balas Yuzuru.

“Panggil saja Chihiro.”

Chihiro beranjak ke tempat tidur yang disediakan untuknya. Ia melihat setumpuk kardus berisi barang-barangnya. Ia harus berbenah, sama dengan teman satu kamarnya itu.

“Wah, aku harus segera berbenah! Jadi malu sama kamu, Yuzuru-chan, kamar jadi berantakan lagi karena barang-barangku.”

Chihiro telah membuka kardus-kardus itu dan mengeluarkan isinya.

Yuzuru itu gadis yang pendiam, terutama dengan orang yang baru ia kenal. Ia agak asing saat Chihiro memanggil nama kecilnya, ditambah �"chan juga, tanpa asing sedikitpun. Tapi ia tak boleh diam begitu saja, ia harus mengenal akrab Chihiro, teman satu kamarnya itu. Karena suasana dan lingkungan baru, ia harus merubah sikap agar tak dijauhi oleh orang-orang sekitarnya.

Ia melihat Chihiro yang sepertinya tak terlalu pandai berbenah. Semua barangnya di keluarkan dari kardus, tapi belum satupun dirapikan ke lemari baju maupun rak buku yang sudah tersedia.

“Ada yang bisa kubantu, Chihiro?” saat mengatakan nama Chihiro, ia gugup, tapi berhasil mengeluarkannya dengan suara agak gemetar.

Chihiro membalikkan badannya, ia melihat Yuzuru yang malu-malu. Chihiro memperlihatkan senyumannya, ia sangat lega mendengarnya. “Benarkah? Kalau begitu sangat membantu, Yuzuru-chan! Terimakasih!”

“Aku belum membantu apapun.” Yuzuru beranjak ke arah Chihiro, merungkuk ke salah satu kardus. “Kalau begitu, biar kubantu meletakkan buku-bukumu ke rak buku, meja belajar juga. Bagaimana?”

Chihiro mengangguk. “Terimakasih lagi.”

“Tak apa. Jangan sungkan.”

Seharian ini, mereka disibukkan membereskan barang-barang di kamar. Hingga menjelang makan malam mereka berhenti sejenak. Tak butuh waktu lama, hingga akan tidur, Yuzuru sudah merasa nyaman dengan Chihiro.

Yuzuru merasa, Chihiro adalah sahabat idaman yang ia ia inginkan selama ini.

Oyasumi, Yuzuru-chan.”

Oyasumi, Chihiro-chan.”

Lampu kamar dipadamkan. Kasur mereka berhadapan, berada di sisi-sisi dinding. Yuzuru melihat Chihiro yang sudah tertidur pulas. Pasti karena ia sangat lelah. Ia sendiri memang lelah, tapi karena pikirannya melayang akan hari esok, hari pembukaan tahun ajaran baru bagi siswa angkatan pertama yang sangat dinantikan. Walau tak terlihat,  Yuzuru melihat lemari pakaiannya dimana ia menggangtung seragam sekolahnya. Bahkan ia sudah membayangkan dirinya memakai seragam Saotome Academy dan belajar lebih dalam akan musik.

Yuzuru merabahkan tubuhnya, menarik selimut dan mencoba menutup mata. Matanya terasa berat. Ia yakin kalau kali ini ia akan tertidur tanpa mendengarkan musik ballad. Mulutnya menggumamkan doa sebelum tidur dan doa agar segala hal esok hari berjalan lancar.

 

 

“Ayo, Chihiro! Nanti kita terlambat!”

Yuzuru telah siap, namun teman satu kamarnya itu...

Chihiro masih saja menyisir rambutnya dan menjalinnya.

“Sebentar lagi, Yuzuru-chan. Sedikit lagi... Nah, jadi!”

Chihiro melihat-lihat lagi hasil jalinan rambutnya. Ia sangat bangga dan merasa kepercayaan diri dalam dirinya akan meningkat pesat. Rambut bagian atas ia jalin tiga dan dilingkari ke belakang kepala, lalu sisanya ia gerai. Ia sudah terlihat cantik untuk acara pembukaan ajaran baru.

Yuzuru mengenal satu lagi sifat Chihiro. Seharusnya dari awal bertemu, saat Chihiro masuk ke kamar, pakaian yang modis dan feminim pastinya Chihiro seorang gadis yang memperhatikan penampilan.

Yuzuru melihat dirinya sendiri. Ia sama sekali berbeda dengan Chihiro. Selain seragam, rambutnya yang sebahu tak ia hias, gelang pun ia tak punya. Tampilannya sangat sederhana. Seharusnya menjadi seorang penyanyi �"calon penyanyi�" ia harus memperhatikan penampilannya. Ia harus terlihat menarik, bukan? Yuzuru meyakinkan dirinya kalau esok ia juga harus mempersiapkan hal-hal yang membuatnya modis, seperti jepit rambut, gelang dan semacamnya.

Tapi ia memakai jam tangan. Tidakkah jamnya terlihat modis? Warna gelangnya merah muda dan sedikit gambar bunga di dalam lingkaran jam. Setidaknya ada yang membuatnya tampil modis.

Sekali lagi ia melihat jam tangannya, saat itulah keningnya berkerut.

“Chihiro! Kalau tidak pergi sekarang kita terlambat!”

Chihiro menggandeng tasnya dan berlari kecil ke luar dimana Yuzuru sudah menunggunya di depan pintu. Ia mengunci kamar. Mereka pun segera keluar dari asrama, bergabung dengan siswa-siswa baru yang lain menuju lapangan dimana acara pembukaan diselenggarakan.

“Maaf ya, sudah menunggu lama,” ujar Chihiro ringan.

Yuzuru menghela napas lemas. “Ya ampun, kamu sangat santai.”

Chihiro tersenyum agak nakal. “Hari pertama harus disiapkan dengan sebaik-baiknya. Karena... kau tahu, Yuzuru-chan, pandangan pertama itu sangat penting!”

Yuzuru menelengkan kepala ke arah Chihiro yang ada di samping kanannya. Chihiro yang lebih tinggi darinya beberapa senti, teman satu kamarnya menatapnya balik. Senyumnya merekah, sangat menawan. Bibirnya mengkilat, pasti karena lipgloss bening yang ia pakai.

Ah, Yuzuru terlihat tidak percaya diri berjalan di samping orang yang lebih cantik dan menawan darinya. Ia seakan ingin menghindar dari pada nantinya akan dibandingkan oleh siswa-siswa sekitar mereka.

Pandangan pertama? Yuzuru bukan lagi anak-anak berusia tujuh tahun, ia tahu maksud Chihiro. Tentu maksudnya ialah pandangan laki-laki padanya, bukan? Para siswa laki-laki, senior, bahkan guru laki-laki bisa saja tertarik akan kecantikan Chihiro.

“Chihiro... Sepertinya aku merasa tak percaya diri,” ucap Yuzuru lemas.

“Kenapa?” tanya Chihiro bingung.

“Kalau jalan di samping kamu,” tambah Yuzuru.

Chihiro langsung tertawa, sesaat. Ia tak mau terlihat tak anggun di depan orang-orang.

“Kalau begitu besok aku akan mendandanimu, Yuzuru-chan! Lagi pula kamu imut, kok!”

Saat dibilang imut, wajah Yuzuru memerah karena tersipu. Jika Chihiro laki-laki pasti Yuzuru bakal jatuh cinta. Mungkin karena ia tak pernah mendengar ada orang kecuali ibu dan neneknya yang memujinya imut. Tapi Yuzuru masih normal. Meski beberapa kali ia sering membaca cerita BL di net. Ups!

Melihat Chihiro membuatnya sedikit iri. Sudah cantik, senyuman seperti malaikat, dan keramahannya taklah kebohongan. Yuzuru tersenyum, lebih pada dirinya sendiri, bahwa ia harus sadar akan kelebihan dan kekurangan setiap manusia. Bukan berarti ia harus mencari kekurangan Chihiro, melainkan ia harus menonjolkan setiap kelebihannya agar kekurangannya tertutupi. Kelebihannya...

Yuzuru tertawa dalam hati. Ia bingung, kelebihannya apa?

Semua siswa baru duduk dengan rapi di tempat yang sudah disediakan. Gumaman setiap siswa masih terdengar dimana-mana. Saling bercengkrama dan mengenal orang baru di samping mereka. Chihiro sudah berbincang akrab dengan orang sekitarnya. Meski Yuzuru ada di sebelahnya, ia seakan terabaikan dari kerumunan. Ia hanya bisa mendengar, dan berpikir positif, ia akan banyak belajar cara berkomunikasi dari setiap tingkah Chihiro, mulai saat ini.

Seorang pria naik ke panggung yang ada di depan tempat duduk para siswa. Ia mengecek mic, tak ada masalah, ia pun berdehem membuat semua siswa terdiam. Ia pun mulai bicara dan menjelaskan acara pembukaan secara umum.

“Baiklah, seperti biasa, pembukaan resmi akan diberikan pada Kepala Sekolah. Beri sambutan hangat pada Bapak Kepala Sekolah kita!”

Bunyi drum bergetar dan sinar-sinar lampu warna-warni mewarnai panggung. Lagu pun diputar dengan latar suara kata shining berulang-ulang. Namun Sang Kepala Sekolah tak muncul juga. Semua siswa bertanya-tanya dan kebingungan. Tak hanya siswa, para guru dibuat kebingungan, untuk kesekian kalinya.

“Jangan-jangan?” terka salah seorang guru yang duduk di barisan kursi untuk guru. Jari terlunjuknya mengetuk pipi putihnya yang mulus. Seorang laki-laki yang juga guru di sebelahnya hanya menghela napas. “Aah~ Shining selalu saja begitu!” gerutunya. Kali ini ia membelai rambut panjangnya yang tergerai bergelombang.

Yuzuru melihat kiri-kanan. Ia tak mendapatkan satupun orang yang terlihat seperti kepala sekolah.

“Kepala Sekolahnya berhalangan tiba?” tanya Yuzuru, lebih pada dirinya sendiri.

Chihiro bergidik. Matanya juga ikut mencari sosok Kepala Sekolah.

“Tidak,” jawab seorang siswi di samping Yuzuru. “Ia akan terbang.”

Yuzuru terkejut dan langsung melihat siswi di sampingnya. Perawakannya tenang, matanya tetap menatap lurus ke arah panggung, dan tangannya diselingkan ke depan. Namun ia tak terlihat angkuh.

Karena Yuzuru memperhatikannya terlalu lama, ia menatap Yuzuru kembali. Ia melempar senyum. “Karmin. Salam kenal!”

“Ah, Kitani Yuzuru. Salam kenal,” jawab Yuzuru gugup.

“Kamu, anak yang baik,” ujar Karmin.

Yuzuru kembali menelengkan kepala karena tak mengerti.

“Mata berbinar dan hati yang tulus. Kamu di kelas mana?” tanya Karmin tak memperdulikan kebingungan Yuzuru.

Spontan Yuzuru menjawab, “Kelas A.”

Tiba-tiba wajah Karmin menjadi agak masam.

“Ada apa?” tanya Yuzuru heran.

“Tidak. Aku hanya berpikir, betapa beruntungnya dirimu, Kitani-san.” Karmin tak mau memperpanjang pembicaraan. Dan alasan reaksinya mendengar orang-orang yang ia temui ternyata siswa Kelas A.

Kenapa, kenapa harus dimasukkan ke kelas B? Padahal ia sangat berbakat dan bakat itu sudah diwariskan, mengalir di setiap pembuluh darahnya. Itu yang ia pikirkan, namun semuanya sudah terjawab oleh dirinya sendiri. Dan itu membuatnya kesal. Ayahnya tak adil padanya?

Tiba-tiba terdengar suara tawa yang menggema ke seluruh penjuru sekolah.

“Hoo hoo hoo hoo....”

Suara tawa membuat semua siswa terkejut. Mata mereka sibuk mencari-cari dimana sumber suara itu. Lalu semua lampu menyorot ke arah atap gedung sekolah. Seseorang berdiri dengan pakaian berbulu dan topeng. Laki-laki itu tertawa dengan keras.

“SiAPApun yang tidak mengenal CINTA, jangan PERnah berpikir untuk bicara soal LAGU! Jika tidak, CEPAT keluar darrri siniii!”

Laki-laki itu tersenyum lebar, dan meloncat. Semua siswa terpekik melihatnya. Tapi laki-laki itu tak jatuh, malah melayang-layang di udara dengan santai. Dan para siswa sadar bahwa orang itu sudah diikat oleh tali yang entah dari mana.

Laki-laki itupun meloncat dan mendarat di panggung dengan mulus. Ia menari dengan alunan lagu yang sejak tadi diputar. Tarian khas milik Shining Saotome dalam acara pembukaan ajaran baru. Dan iapun memegang mic, memberi sambutan.

“Yo, semuanya! Sebagai kepala sekolah, Shining Saotome, memberikan sambutan pada kalian! Selamat datang di Saotome Academy! Dunia yang akan membuatmu bersinarrr!”

Shining kembali menari.

“Detakan hati kita adalah dasar dari musik. Musik adalah cinta! Masukkan jiwamu ke dalam musik! Buat hidupmu bersinar!”

Shining menyelesaikan tariannya dan pergi dengan tali yang diikat ke helikopter.

“Sang~kyuuu~! Hohooo....”

Semua siswa baru terkagum-kagum sekaligus tercengang melihat tindakan kepala sekolah mereka.

“Aku lihat Shining Saotome sangat keren di televisi. Tapi melihat aslinya yang kayak gini.... aku tak menyangka!” ucap Chihiro dengan mata membulat.

“Gayanya nyentrik sekali!” Yuzuru malah terpesona melihatnya.

Hanya satu siswa yang tak terpesona melihat sambutan kepala sekolah, tak lain ialah Karmin. Kepalanya tertunduk dengan tangan kiri yang memegang kepalanya, lalu menggeleng. Ia seperti orang yang sedang sakit kepala.

“Benar, nyentrik,” ujar Karmin dengan ekspresi facepoker.

 

 

 

~to be continued~


© 2015 Aga ALana


My Review

Would you like to review this Chapter?
Login | Register




Share This
Email
Facebook
Twitter
Request Read Request
Add to Library My Library
Subscribe Subscribe


Stats

176 Views
Added on October 13, 2015
Last Updated on October 13, 2015


Author

Aga ALana
Aga ALana

Padang, Padang, Indonesia



About
Hi, everyone who loves reading and writing! anything~ ^^ I'm Aga ALana, i'm not pro in writing and not newbie at all, i'm still learning how to be good writer and give good stories to everyone~! I w.. more..

Writing
02 – Class A 02 – Class A

A Chapter by Aga ALana