04 – Make a Song is Hard

04 – Make a Song is Hard

A Chapter by Aga ALana

Yuzuru gelisah.

Kepalanya yang telah tertempel dengan bantal diputar ke kiri, ia dapat melihat punggung Chihiro dari penerangan cahaya bulan malam ini yang masuk lewat ventilasi jendela. Meski tak terang, ia dapat melihat teman satu kamarnya yang tertidur di ranjang sisi lain dinding di hadapannya.

Ia mendesah pelan. Chihiro memang bersikap seperti biasa, tapi ia tahu temannya menyembunnyikan suatu hal. Saat ia bertanya tentang Mikado, Chihiro langsung memotong pertanyaannya dan menjawab semua baik-baik saja. Tapi sorot matanya berkata lain.

Dan Chihiro lebih cepat tidur dari biasanya.

Yuzuru ingin tahu lebih banyak tentang Chihiro. Karena ia ingin menjadi teman dekatnya Chihiro, ia ingin tahu segala hal tentang teman satu kamarnya itu, dan ia ingin berbagi kisah. Karena dari diri Chihiro ia temukan sosok teman yang bisa ia percaya, itu yang ia rasakan saat pertama kali bertemu.

Terkadang ia merasa kesal dengan pasangan acak tugas rekaman kali ini. Kenapa ia tidak dipasangkan saja dengan Chihiro? Atau setidaknya jangan pasangkan Chihiro dengan orang itu! Dan Yuzuru juga merasa hatinya terganjal oleh suatu perasaan terhadap Kurosawa Yosuke yang sepertinya kenalan lama Chihiro. Ia memperhatikan bagaimana tatapan Yosuke terhadap Chihiro, saat Chihiro bermain piano pagi ini, dan saat ia selesai bicara dengannya pun sebelum keluar matanya masih mencari sosok Chihiro dan tersenyum saat menemukan sosok itu.

Perasaan apa ini, Tuhan?

Yuzuru melihat telepon genggamnya dan membaca kembali pesan yang masuk jam sembilan tadi.

Pesan dari Kurosawa Yosuke.

 

 

Hari ini Chihiro tak berdandan. Rambutnya pun tak ia ikat.

Yuzuru terlanjur memakai jepit rambut dengan hiasan buah anggur kecil berwarna ungu di yang ia jepit pada rambut di atas telinga kirinya. Padahal ia ingin sedikit bergaya agar sama dengan Chihiro. Ia merasa tak enak hati.

Setelah keluar dari asrama menuju kelas, Chihiro menyadari Yuzuru memakai jepit rambut. Ia memegang dengan hati-hati dan tersenyum.

“Jepit rambut yang lucu,” pujinya.

Yuzuru tersenyum dengan pipi memerah. “Aku beli sebelum masuk asrama.”

Chihiro bergumam akan kekagumannya pada jepit rambut Yuzuru yang kecil tapi sangat manis.

Yuzuru mengambil sesuatu dalam kantong kanan seragamnya. Benda itu ia ambil lalu dijepitkan ke rambut Chihiro. Jepit rambut yang sama dengan warna kupu-kupu merah muda. Chihiro meraba jepitan di rambutnya itu. Ia tak bisa mengeluarkan sepatah kata saat melihat senyuman Yuzuru.

Ah, seandainya ia benar-benar adikku, pikir Chihiro dalam hati.

Karena itu, kegelisahan hati Chihiro menghilang. Ia bersyukur dalam hati telah dipertemukan dengan Yuzuru. Walau mereka baru saja berkenalan tapi ia merasa sudah sangat akrab.

Mereka berdua masuk dalam kelas. Chihiro enggan melihat ke arah dimana Mikado duduk. Ia berusaha menghindar. Tapi Mikado tidak, saat melihat Chihiro masuk dalam kelas iapun bangkit dari tempat duduknya untuk menyapa Chihiro. Tapi langkahnya terhenti.

Bersyukur pada Kira yang berlari kecil ke arah Yuzuru dan Chihiro dan mengumpat di balik punggung mereka berdua. Itu yang membuat langkah Mikado terhenti dan kembali duduk di kursinya.

Kira bersembunyi dari kepalan tangan Minami yang sudah siap menjitak kepalanya. Minami berkacak pinggang karena kesal. Sedangkan Yuzuru dan Chihiro tertawa melihatnya.

“Yuzuru-chan, bilang ke Mii-chan kalau aku bagaimanapun maunya dia yang jadi pasanganku!” rengek Kira yang masih di balik punggung Yuzuru dan Chihiro.

“Kalau mau protes sama Ringo-sensei, Kira! Jangan merengek seperti anak kecil dong!” harik Minami.

“Yuzuru~cha~n, tolong bilangin! Mii-chan gak ngerti dengan bahasaku!” pinta Kira menjadi.

“Terus pakai bahasa apa?” Yuzuru malah bingung sendiri. Kalau gak ngerti bahasa Indonesia (bahasa tulisan ini :v ) apa harus pakai bahasa luar negeri?

Yuzuru mengepalkan tangan kanannya lalu dihentakkan ke telapak tangan kiri menandakan ia mengerti.

Kira-kun said that he wants you to be his partner?

Minami tertegun saat Yuzuru menerjemahkan pernyataan Kira dengan bahasa Inggris.

“Ah, tunggu, partner tugas atau partner sehidup semati?” bicara Yuzuru semakin ngelantur.

Tidak hanya Minami, Kira dan Chihiro tercengang dengan mulut terbuka.

“Bukan gitu maksudnya, Yuzuru-chan,” Chihiro mengingatkan.

“Keduanya juga boleh!” jawab Kira cepat.

“Kau mau kulempar keluar jendela?” kata Minami kesal.

Kepala Kira menggeleng dengan cepat. Ia tak mau mati muda, pikirnya. Tidak, walau ia dilempar dari lantai tiga pun sekarang, jika ia tidak mati dan dapat bertahan dengan beberapa tulang yang patah, ia membayangkan kehidupannya yang sia-sia masuk Saotome Academy demi menjadi idol dan berpasangan dengan Minami selamanya menjadi angan semata. Ia tak mau hal itu terjadi. Ia kembali menggeleng dengan cepat. Menyerah.

Bel tanda masuk pun berbunyi. Kira mengucap syukur dalam hati dengan mengelus dadanya. Minami masih kesal dan ingin sekali menjitak sepupunya itu, meski tidak jadi.

Mereka berempat dan semua siswa langsung ke tempat duduk mereka masing-masing dan duduk dengan rapi. Seorang guru masuk dalam kelas A dan tersenyum manis ke semua mata siswa yang tertegun melihatnya.

“Selamat pagi semuanya! Ara-ara, ada apa dengan tatapan kekecewaan itu? Ah, sensei tahu! Kalian pasti sangat senang belajar dengan Tsukimiya Ringo-sensei, bukan? Sensei dengar langsung dari Ringo-sensei sendiri. Tapi... sensei yakinkan kalian kalau cara mengajar sensei sama menyenangkannya dengan Ringo-sensei!”

Wanita itu mengedipkan matanya sekali. Wajahnya yang cantik terlihat dewasa dengan gaya rambut yang disanggul agak ke atas. Ditambah dengan kacamata, karena itu para siswa kelas A tak menyadari kalau ia juga seorang super idol yang mengajar menjadi wali kelas mereka.

“Baiklah, perkenalkan nama sensei Fuji Miyasaki! Berasal dari tempat yang tenang dengan kepribadian yang paling ceria! Panggil saja Miya-sensei! Yoroshiku~

Baru semua siswa kelas A terkejut dan suara mereka terdengar riuh. Mereka tak menyangka di hadapan mereka seorang artis dan penyanyi terkenal yang tak pernah absen dari pembicaraan acara dan majalah hiburan.

“Penampilan sensei hari ini berhasil mengecoh kalian, ya? Ah, senangnya! Sudah, sudah, semuanya tenang, ya! Bisa sensei lanjutkan? Hm... sensei juga dengar kalau Ringo-sensei sudah memberitahu kalian akan recording test dan sudah memasangkan komposer dengan idol. Aah, sensei harus dua kali lipat berterimakasih pada senpai satu itu. Ada yang mau ditanyakan tentang tugas kalian itu? Tidak? Duh, kok kayaknya pada kaku semua? Baiklah, sejenak kita lupakan recording test itu! Sensei ingin tahu nama kalian satu per satu! Bagaimana?”

 

 

Sore ini Yosuke meminta Yuzuru untuk datang ke salah satu ruang latihan membahas lagu untuk recording test. Yuzuru telah mendapat pesannya tadi malam. Dan kini ia lebih dulu tiba dalam ruang yang hanya diisi oleh sebuah piano. Karena Yosuke belum juga tiba, ia memainkan piano untuk menghilangkan rasa bosan menunggu. Awalnya hanya memainkan sembarang melodi, lalu ia teringat lagu yang sering ia dengar dari neneknya �"lagu kesukaannya�" dan memainkan lagu Kupu-Kupu Terbang.

 

Suatu pagi kau membuka jendela kamar, taman yang kau lihat, disana ada bunga dan kupu-kupu yang menghinggapinya. Kau menyukai pemandangan itu sejak masih kecil. Masa saat tak pernah bimbang akan kehidupan dan berlari tanpa ragu, bicara masa depan dengan mata berbinar.

 

Jemari Yuzuru masih memainkan tuts piano. Ia sangat senang masih ingat dengan jelas lagu neneknya itu. Ia sangat menyukai lagu itu, bahkan lebih dari lagu-lagu yang baru rilis dan sedang hits saat ini. Lagu itu sudah menjadi harta terindah pemberian neneknya yang sudah telah tiada di dunia ini. Lebih berharga daripada harta benda.

 

Kupu-kupu terbang dan hinggap, dari satu bunga ke bunga yang lain. Rantai kehidupan yang tak pernah berubah. Anak-anak menjadi dewasa, generasi yang diteruskan. Sampai kapan kau sadar? Menangis bukanlah jawaban. Karena kau sudah berjanji untuk kuat dan berusaha menggapai impian.

 

Seseorang bertepuk tangan membuat Yuzuru berhenti bermain. Ia lebih terkejut saat melihat orang itu daripada suara tepuk tangannya.

“Kenapa berhenti?” tanyanya.

Yuzuru menunduk malu. Ia tertangkap basah memainkan lagu anak-anak oleh Yosuke.

Yosuke berjalan menghampirinya. Ia membawa sebuah buku sheet melodi yang Yuzuru pikir itu adalah lagu yang sedang Yosuke kerjakan untuk tugas mereka.

“Yang tadi itu lagu apa?” tanya Yosuke sekedar basa-basi.

“Ah, hanya lagu anak-anak,” jawab Yuzuru malu.

“Benarkah?” Yosuke memasang wajah tak percaya. “Melodinya sangat bagus. Tidak terdengar seperti lagu anak-anak biasanya.”

“Entahlah. Sebenarnya aku juga tidak tahu lagu ini lagu anak-anak atau bukan.”

“Memangnya lagu yang tadi judulnya apa? Mungkin aku pernah dengar.”

“Kupu-Kupu Terbang.”

Yosuke mencoba mengingat sebuah lagu dengan judul yang disebut Yuzuru. “Hmm, rasanya pernah dengar. Mungkin.” Yosuke tertawa kaku menghilangkan sikapnya yang pura-pura tahu akan lagu itu.

“Waktu kecil dulu nenek sering menyanyikannya untukku. Kupikir itu lagu lama.”

“Ah, mungkin, bisa jadi.”

Mereka berduapun terdiam sesaat.

“Apa ada kesusahan membuat lagu?” tanya Yuzuru kemudian.

Tebakannya benar. Yosuke agak berkeringatan setelah pertanyaan itu dilayangkan padanya. Ia menggenggam erat bukunya, memilah kata untuk ia ucapkan pada pasangan tugasnya itu.

“Sebenarnya...”

Ia memperlihatkan buku itu pada Yuzuru, dan Yuzuru membukanya tanpa sabar. Ia ingin tahu seperti apa lagu yang dibuat oleh Yosuke, meski itu setengah jadi, pikirnya. Namun pikiran Yuzuru salah. Ia tak menemukan satupun not tertulis di kertas itu.

Yuzuru melihat Yosuke yang bertambah bingung, tak bisa menjelaskan. Namun Yuzuru menunggu penjelasan Yosuke, dengan tatapan polos anak-anaknya.

Yosuke menyerah, ia menghela napas dengan keras, dan ia bersandar pada piano. Ia lelah bersikap tenang dan dewasa.

“Sebenarnya aku... aku tak tahu cara membuat lagu.”

“Maksudnya?” Yuzuru tak paham.

Yosuke diam, tak langsung menjawab.

“Tema lagu ya? Bagaimana kalau kita coba buat lagu yang temponya sederhana?” usul Yuzuru.

“Aku sudah berpikir hal yang sama. Tapi tetap saja, aku tak punya ide apapun untuk membuat lagu dari awal.”

Yuzuru mengangguk setuju. Ternyata memang benar membuat lagu dari awal itu memang susah. Apalagi mereka baru saja masuk sekolah musik. Mereka disadari satu hal bahwa membuat sebuah lagu tak semudah mendengarkannya.

Mereka berdua terdiam, disibukan dengan pemikiran masing-masing, mencari jalan keluar untuk membuat lagu.

Membuat lagu? gumam Yuzuru.

Telunjuk kanannya tak sengaja menekan salah satu tuts piano, membuat dentingan suara itu memecahkan suasana sunyi dalam ruangan. Konsentrasinya buyar, tangannya iseng memainkan sembarang nada. Namun sembarangan nada itu menyadarkan Yosuke dari lamunannya.

“Tadi itu lagu apa?”

“Aku hanya sembarang tekan,” jawab Yuzuru berhenti bermain.

“Benarkah? Menurutku tadi itu lumayan bagus. Apa kamu ingat yang barusan kamu main? Aku akan menulisnya!”

Yosuke menjadi semangat dan mengambil bukunya. Ia berdiri di belakang Yuzuru.

“Selama ini aku lebih sering memainkan musik klasik, karena itu membuat satu lagu dengan durasi sekitar empat menit saja menyita perhatianku lebih dari empat jam tapi tak ada hasil.”

Yosuke mengatakannya bersamaan dengan hatinya yang menertawai dirinya sendiri.

Yuzuru menghiraukan hal itu, ia mencoba mengingat kembali apa yang barusan ia mainkan, jemarinya langsung memainkan melodi itu kembali. Ia berhenti sesaat agar Yosuke dapat menulis not balok yang baru saja ia mainkan. Namun Yosuke menyuruhnya untuk tetap bermain dan melanjutkan permainannya. Ia terus melanjutkannya tanpa tahu kemana arah hatinya membuat jemarinya terus menari di atas piano tanpa tujuan.

Yuzuru berhenti bermain. Ia sadar akan suatu hal.

Iya, ia melupakan tujuan, sebuah alasan lagu itu diciptakan. Ia telah berpikir sebelumnya bagaimana membuat lagu yang bagus. Dan ia telah banyak membaca buku dan mendengar setiap lagu, bahwa setiap lagu memiliki suatu hal yang ingin disampaikan sang penyanyi pada pendengarnya.

Yosuke masih asik menulis not balok hasil pendengarannya.

Yuzuru memutar posisi duduknya ke belakang menghadap Yosuke. Ia menemukan laki-laki itu duduk bersandar ke dinding dengan kaki kanan sebagai alas bukunya untuk menulis. Yosuke sadar bahwa Yuzuru telah berhenti bermain dan melihatnya dengan mata membulat. Ia ingin bertanya tapi Yuzuru sudah berbicara.

“Kita melupakan satu hal. Apa yang harus kita sampaikan dalam lagu ini?

Yosuke terdiam. Ia berpikir sejenak, barulah ia sadar. Bahwa Yuzuru benar, pasangannya itu telah menyadarkan satu hal yang sangat penting dalam membuat lagu, dan itu sama sekali tak pernah ia pikirkan sebelumnya.

Ia mengangguk pelan bersamaan melihat not balok sudah beberapa baris ia tulis. Seakan apa yang baru saja ia tulis itu sia-sia.

“Ternyata membuat lagu itu susah,” komentarnya.

Dan Yuzuru setuju.

“Seharusnya kita pikir ulang lagu apa yang ingin kita buat.”

Yosuke berdiri, menutup bukunya dan menyelipkan pena kembali ke saku celananya.

Yuzuru mengalihkan pandangan ke arah jendela yang menampilkan langit sore dengan warna oren lembut dan awan-awan tebal bertebaran. Mata Yosuke juga teralih ke arah luar jendela. Menyadarkannya bahwa malam akan segera tiba.

“Sebaiknya kita kembali ke asrama sebelum gedung sekolah ditutup,” ujarnya.

Ia pun melirik jam tangan. Ia menghitung waktu untuk kembali ke asrama, membersihkan diri, makan malam dan belajar untuk kelas besok. Lalu ia akan tidur pas jam sembilan, seperti biasa. Ia mengingatkan diri menyelipkan waktu untuk memikirkan lagu, tugas mereka.

Yuzuru telah menutup piano kembali dan mendorong kursi ke dalamnya. Mereka berdua keluar dari ruangan bersama. Setelah di luar gedung sekolah mereka berpisah menuju asrama masing-masing.

 

 

Chihiro, ia berhasil seharian ini menjauhi Mikado Zen. Beruntung karena Minami mau menemaninya hingga sore tiba. Mereka berdua mengelilingi sekolah dan bercerita segala hal hingga menggosip dari teman hingga guru-guru mereka yang super terkenal itu. Dari pembicaraan itu Chihiro baru tahu Ringo-sensei sebenarnya laki-laki. Matanya membulat saking terkejutnya.

Untuk esok, cara apa lagi yang akan ia pakai agar bisa menjauhi Mikado Zen hingga ia benar-benar selesai membuat lagu dan menyerahkan sisanya pada pasangan tugasnya itu. Ia tak mau tahu soal tugas itu, bahkan mendapat nilai buruk pun tak apa asal selama selesai tugas itu ia tak berhubungan dengan laki-laki itu. Hati nuraninya yang berbisik untuk menjauhi Mikado Zen, dari awal perkenalan mereka.

Kini ia telah usai mandi dan memandangi langit sore dalam kamarnya. Yuzuru masih belum kembali. Mengingat Yuzuru, mengingatkannya pada pasangan tugas teman satu kamarnya itu. Iya, ia sangat mengenal laki-laki itu, sangat. Tapi ia hiraukan begitu saja, itu sudah menjadi keputusannya. Dan seharusnya Yosuke juga mengerti dan menyerah akan hubungan mereka. Tapi kenyataannya laki-laki itu memutuskan untuk bersekolah di sekolah yang sama dengannya.

Sekolah musik? Bahkan ia tak terlalu paham dengan musik modern. Aku lebih mengkhawatirkan Yuzuru dari pada dia.

Salah satu orang yang ia pikirkanpun tiba. Yuzuru masuk dalam kamar dengan wajah lelah.

Okaeri,” sapa Yuzuru pada Chihiro.

“Bukannya tadaima?” Chihiro membetulkan ucapan Yuzuru.

Yuzuru berjalan ke arah kasurnya tanpa merespon balik. Setelah dekat dengan kasurnya ia langsung merabahkan diri.

“Ternyata buat lagu itu susah,” ucapnya lemah.

Ternyata benar! Kekhawatiranku terjawab, Chihiro hanya tertawa kecil mendengar keluhan Yuzuru.

“Lagu untuk recording test?” tanya Chihiro.

Kepala Yuzuru sudah tenggelam di bantal, anggukannya tak terlihat jelas tapi gumamannya terdengar.

“Chihiro bagaimana?” tanya Yuzuru balik.

Chihiro tak langsung menjawab. Hal itu membuat Yuzuru menyesal menanyakannya. Ia membalikkan badan dan memposisikan badannya duduk di atas kasur.

“Maksudku, bagaimana Chihiro membuat lagu? Kami sudah mulai dari tema, tapi tak dapat ide satupun.”

“Jujur, aku juga belum menulis lagu sedikitpun. Ternyata membuat lagu itu memang susah ya?”

Yuzuru mengangguk setuju.

“Tak semudah membuat lagu anak-anak!” ungkap Yuzuru patah semangat.

Chihiro agak terkejut mendengarnya. “Memangnya kamu pernah membuat lagu anak-anak?”

“Pernah. Untuk lagu anak-anak TK di sekolah ibuku mengajar. Lagu untuk anak-anak kan sedikit dan mudah dihapal. Cukup satu tema, pelajaran apa yang akan mereka pahami dari lagu itu,” jelas Yuzuru.

“Oh ya? Waah, Yuzuru-chan hebat! Aku mau dengar satu aja lagu yang pernah kamu buat!” pinta Chihiro.

Yuzuru bangkit kemudian duduk di tepi kasurnya menghadap Chihiro. Dengan wajah malu-malu Yuzuru menuruti permintaan Chihiro. Ia memilih lagu yang paling ia ingat.

“Ayo kita jalan-jalan bersama, sensei akan membimbing kita, baris dengan rapi tertib di jalanan, patuhi aturan lalu lintas. Lihat kiri-kanan sebelum menyeberang, dan jika lampu hijau menyala untuk para penyeberang barulah kita lanjutkan perjalanan. Ayo kita jalan-jalan bersama, dengar setiap perkataan sensei, kalau tersesat di jalan tak tahu arah, pergilah ke pos polisi terdekat.”

Chihiro bertepuk tangan setelah mendengar Yuzuru bernyanyi. Ia kagum dengan lagu tersebut, dan suara Yuzuru yang masih terdengar kekanakan.

Yuzuru menggaruk kepalanya �"meski tak gatal�" karena malu akan reaksi Chihiro padanya.

Sugoi!” puji Chihiro. “Benar-benar memiliki pelajaran dan amanat, cocok untuk adik-adik TK. Dan mudah untuk dipahami!”

Arigatou,” balas Yuzuru malu-malu. Kemudian wajahnya kembali tak bersemangat. “Seandainya bisa buat lagu untuk tugas semudah lagu anak-anak,” kata Yuzuru kemudian.

“Tapi... pendengar kita bukan anak-anak,” ujar Chihiro menambahkan.

“Iya, mungkin saja lagunya bagus �"lagu anak-anak itu�" tapi sensei dan murid satu sekolah pasti pada ketawa!”

Mereka berdua tertawa membayangkannya. Terutama Chihiro, ia membayangkan Yuzuru menyanyikan lagu anak-anak lalu memakai pakaian boneka beruang, lalu bernyanyi sambil menari-nari. Mungkin ditambah dengan pose manis sambil makan lolipop akan menambah keimutannya.

“HAL ITU SANGAT BENAR!!”

Tiba-tiba Minami mendobrak pintu kamar mereka dan masuk tanpa dipersilahkan oleh pemilik kamar.

“Kirishima Minami, hadi~r!” ujarnya dengan pose jari tengah dan telunjuk kanan membentuk huruf V dimiringkan di depan mata kanannya, sedangkan mata kirinya tertutup.

“Minami-chan?” kaget Yuzuru dan Chihiro bersamaan.

Minami langsung terjun ke arah Yuzuru dan memangkunya seperti adik kecil, membuat Yuzuru terkejut.

“Suaramu unyuu sekali, Yuzu-chan~! Nyanyi lagi dong buat kakak!” pintanya.

“Uuukh, jangan sok tua, Minami-chan,” kesal Yuzuru.

Chihiro hanya tertawa melihatnya. Ia pun bergabung dan duduk di sebelah kiri Yuzuru.

“Kamu pikir aku tidak tahu, kamu itu murid paling muda di sekolah ini! Bahkan kamu memalsukan tahun kelahiranmu di ijazah dan akte kelahiranmu! Dasarrr anak nakaaal!” Minami menjitak kepala Yuzuru lunak.

“Ampun, ampun!” teriak Yuzuru dengan suaranya nyaring ke dalam.

“Eh? Benarkah? Kenapa tak ketahuan sama pihak sekolah?” tanya Chihiro penasaran.

“Menurut informasi yang aku dapat, anak ini sudah dua kali ikut tes masuk sekolah ini. Tahun kemarin ia ketahuan memalsukan tahun lahir dan ijazah sekolah, padahal ia belum lulus SMP! Pihak sekolah memulangkannya meski nilai ujiannya bagus. Kepala sekolah memberinya tantangan, jika tahun depan ia mendapat nilai tinggi lebih dari ujian sebelumnya ia akan dimasukkan ke kelas S! Ia ikut kelas percepatan dan lulus SMP tahun ini, lalu kembali ikut ujian masuk sekolah ini. Tapi sayang nilainya sama saja dengan tahun kemarin. Meski begitu kelas A menantinya dengan pintu terbuka!”

“Ah, aku tak pernah dengar hal itu!” kaget Chihiro.

Yuzuru lebih kaget dari Chihiro, “Minami! Dari mana kamu tahu semua itu?”

Minami tertawa nakal, “Ukhuu~ aku ini informan lho! Aku tahu semua hal, termasuk semua informasi sekolah ini!” kata Minami membanggakan diri.

“Hee, jadi informasi tentang aku juga?” tanya Chihiro penasaran.

“Bagaimana ya?” Minami memasang wajah sangat percaya diri akan informasi yang ia dapatkan tentang Chihiro. “Mau dengar?”

“Ja..jangan deh...”

Chihiro menolak, ia memiliki firasat buruk apapun yang akan diceritakan Minami tentangnya, bahkan rahasia kecil sekalipun yang tak ingin orang lain tahu.

“Aku mau dengar!” pinta Yuzuru semangat.

“Ohoo~”

Minami langsung memasang pose kemenangan, telunjuk dan ibu jari di luruskan lalu ditempelkan di bawah dagu.

“Dari pada itu Minami, ada apa kamu datang kesini?” Chihiro langsung mengalihkan pembicaraan.

Minami menepuk dahi, “Ah, tentang recording test! Kalian sudah siap?”

Yuzuru dan Chihiro menggeleng kepala.

“Sama!” jawabnya.

“Uuuuu....!!”

“Karena itu, aku punya ide! Aku kenal seorang senpai tahun lalu menyelesaikan tugas ini dengan nilai diatas rata-rata, tapi sekarang ia sangat terkenal sebagai murid jurusan komposer dan kehebatannya dalam musik. Namanya Nanami Haruka, kelas A. Bagaimana kalau besok kita temui dia di kelasnya?”

“Waah, kelas tahun kedua ya?”

“Sakral tuh,” gumam Yuzuru.

“Sakral? Memangnya tempat suci?” timpal Minami heran.

“Iya. Masuk wilayah senior itu seperti tempat suci, tempat yang sangat tinggi dan dihormati,” jawab Yuzuru polos.

Chihiro dan Minami tertawa mendengarnya.

“Tak apa. Tenang saja! Kata orang Nanami-senpai itu sangat ramah. Kamu pasti akan langsung akrab dengannya!” ujar Minami. “Kita bisa bertanya bagaimana menulis lagu dan hal lain berkaitan tugas kita. Setuju?”

Mereka berdua mengacungkan jempol tanda setuju.

“Yeay~! Misi masuk kelas A tahun kedua berhasil direncanakan! Aah, senpai cowok pada ganteng-ganteng lagi~” ujar Minami senang.

“Benarkah?” mata Chihiro langsung berbinar mendengarnya.

“Aduh, kalian berdua ini! Cepet banget ngerubah niat!” kesal Yuzuru sambil memangku tangan.

“Yuzu-chan! Kalau kamu mengerti akan jatuh cinta dan menyukai seseorang, barulah kamu dewasa dan dengan perasaan itu kamu bisa buat lagu!” timpal Minami.

“Kalau kamu udah tahu hal itu kenapa harus tanya Nanami-senpai tentang lagu?” tanya Yuzuru heran.

“Kan sudah kubilang, aku mau cuci mata sama senior-senior ganteng!” ucap Minami mengedipkan mata.

“GUBRAK!” ucap Yuzuru kesal sambil melempar tubuhnya ke belakang.

Dan Minami saling tosan dengan Chihiro senang.

 



© 2015 Aga ALana


Advertise Here
Want to advertise here? Get started for as little as $5

My Review

Would you like to review this Chapter?
Login | Register




Share This
Email
Facebook
Twitter
Request Read Request
Add to Library My Library
Subscribe Subscribe


Stats

141 Views
Added on October 13, 2015
Last Updated on October 13, 2015


Author

Aga ALana
Aga ALana

Padang, Padang, Indonesia



About
Hi, everyone who loves reading and writing! anything~ ^^ I'm Aga ALana, i'm not pro in writing and not newbie at all, i'm still learning how to be good writer and give good stories to everyone~! I w.. more..

Writing
02 – Class A 02 – Class A

A Chapter by Aga ALana