Chapter 3

Chapter 3

A Chapter by Aga ALana
"

~Menonton Pertandingan (Kembali)~ Entah kenapa rasanya bernostalgia. Dengan suasana seperti ini apa Haruhi merasakan kerinduan akan bermain kembali?

"
Sesuai janji, setelah pulang sekolah aku pergi ke stadium di mana pertandingan basket antar-SMA se-Tokyo berlangsung. Sebelumnya aku harus mengembalikan buku-buku yang aku pinjam ke perpustakaan.

Saat di loker menukar sepatu, dari jauh kulihat tim basket sekolah telah berkumpul dan berangkat bersama. Pemikiran anehku kumat, dalam hati aku bersorak pada tim tersebut, Aku boleh ikut tidak? Aku juga ingin pergi melihat pertandingan kalian~!’ Dan itu membuatku tertawa sendiri karena itu bukanlah sikapku.

“Hei, hei, lihat! Itu tim basket mau berangkat bertanding!”

Ii na~! Aku juga mau lihat pertandingannya. Apalagi ada Ryota Kise! Kyaaa!”

Hah? Situ mau lihat pertandingannya atau mau lihat pemainnya doang? Kataku kesal dalam hati. -_-

Sekelompok kecil para gadis yang berada di sekitar loker melihat ke arah tim basket itu. Mata mereka yang berbinar dan wajah yang kemerahan, benar-benar menggambarkan gadis remaja normal. Lha, berarti aku gak normal dong? Hahaha... aku menertawai diriku sendiri.

Tapi, yah, sepupunya Haruhi itu memang terkenal di sekolah ini. Aku tak memungkiri kalau dia, Ryouta-san, itu memang keren dan juga friendly. Tapi... keren-keren manggil nama orang pakai akhiran ‘cchi’?

Eh, tapi gawat juga kalau nanti aku bertemu dengannya di stadion! Tiba-tiba pikiran anehku kembali membayangkan kejadian yang tidak-tidak.

‘Ah? Shiraicchi, kenapa kamu ada di sini? Kamu pasti menonton permainanku dan mendukungku, bukan?’

‘Bukan, bukan! Aku ke sini karena disuruh Haruhi-chan.’

‘Kenapa kamu lebih milih timnya Haruhicchi? Aku gak terima! Kamu penghianat sekolah kami!’ (dalam bayangan, Ryouta Kise sedih, lalu lari sambil menangis menyoraki kata penghianat ke arah Yuko).

‘Bukan begitu, senpai! Tunggu! Aku hanya ingin lihat pertandingan, itu permintaan Haruhicchi! Eh, kok aku jadi ikut-ikutan pakai ‘cchi’? Chotto matte, senpai! Ryouta-senpai~!!’

Ternyata hayalanku memang tinggi, dengan memadukan kejadian seperti cerita dalam anime maupun drama televisi. Ini bukan drama picisan, Yuko!! -_-

Kutunggu tim basket itu pergi dahulu karena aku gak mau melewati mereka.

Dengan melihat GPS di handphone, aku pergi sendiri ke alamat stadion yang diberi oleh Haruhi. “Ah, mungkin memang di sini.” Tampak sudah banyak pemain-pemain basket dari berbagai sekolah berkumpul di sini. Sebelum tiba, aku sudah mengganti seragamku dengan jaket dan celana hitam, dan tak ketinggalan topi yang sering kukenakan saat bekerja mengantarkan barang agar tak dikenali oleh siapapun termasuk Haruhi. Hanya ingin memberikan kejutan.

Tapi sepertinya, Haruhi akan mengenaliku dari topi yang kukenakan.

Kubeli satu tiket dan masuk ke stadion untuk pertama kali semenjak Haruhi tak lagi bermain. Saat SMP dulu, setiap Haruhi bertanding aku selalu menyaksikannya sebagai penonton setianya. Kini... entah kenapa rasanya agak berbeda.

Saat kumasuki pintu tenpat duduk penonton, sorakan riuh dari berbagai penonton dan suporter kedua tim terdengar begitu bersemangat, terutama saat kedua tim memasuki lapangan. Entah kenapa rasanya bernostalgia. Dengan suasana seperti ini apa Haruhi merasakan kerinduan akan bermain kembali? Haruhi, dia begitu tegar menghadapi perasaannya sendiri.

Duh, aku harus duduk di dekat suporter tim Seirin apa tim Kaijou? Ehehe... jadi serba salah, nih?

Kuputuskan untuk duduk diantara keduanya di mana aku mudah melihat pertandingan dan tentunya mencari tempat duduk yang tidak bersebelahan dengan laki-laki yang iseng atau pun tidak di belakang orang yang suka mengkritik permainan. Itu membuatku terganggu.

“Waah, permainannya akan dimulai!”

Seorang gadis berambut hitam panjang duduk di sebelahku. Ia melihat ke arahku dan tersenyum. “Sebenarnya aku salah melihat jadwal. Kukira sekarang ini pertandingannya tim Touou,” katanya tertawa. “Ah, tapi tak apa. Aku juga penasaran dengan tim sekolahnya Haruhi.”

“Anda kenal Haruhi? Manajernya tim Seirin?” tanyaku heran.

Ia mengangguk. “Aku pernah bertemu dengannya saat Daiki-kun hilang,” ia memperlihatkan kucingnya yang kepalanya muncul dari dalam tas.

“Hua! Ada kucing!” kagetku.

“Siihh,” ia memberiku tanda untuk diam. “Haruhi yang menemukan Daiki-kun dan saat itulah kami menjadi teman,” jelasnya.

Aa, sou desuka,” kataku entah kenapa lega saja mendengarnya.

“Kucingnya imut sekali~! Boleh kuelus?” tanyaku. Ia mengangguk lalu kuelus kepalanya yang muncul dari dalam tas. Benar-benar lembut, sepertinya kucing ini selalu diberi perawatan khusus. Dan lagi, aku tak percaya kucingnya tak gerah berada dalam tas, ia hanya duduk manis di dalamnya dan sesekali mengeong.

“Sepertinya tadi kamu terkejut saat kubilang nama Haruhi. Apa kamu kenalannya?” tanya gadis itu.

“Haruhi adalah sahabatku. Oh iya, namaku Shirai Yuko. Kami teman sepermainan sejak kecil,” kataku memperkenalkan diri.

“Namaku Asuna, Tsuchimiya Asuna. Panggil Asuna saja, ya!”

“Asuna-san, ya? Apa Asuna-san dari sekolah Touou?”

“Ah, iya, benar. Aku belum sempat menukar seragamku saat ke sini,” ia tertawa dengan memamerkan seragamnya. “Yuko sendiri dari sekolah mana? Apa sama dengan Haruhi?”

“Ah, tidak. Aku beda sekolah dengan Haruhi. Aku bersekolah di mana menjadi lawan timnya Haruhi. Sebenarnya aku gak mau nonton, tapi Haruhi memaksaku untuk datang,” kataku sedikit malu-malu.

“Hmm? Memang tim sekolahnya Haruhi melawan tim sekolah mana?”

Gubrak!

Jadi dia datang ke sini tanpa tahu jadwal pertandingan sama sekali? Jangan bercanda, neng!

Ano... tim dari sekolah Kaijou. Itu nama sekolahku...”

Aa, souka!” katanya sambil menjentik jari.

Pertandingan pun dimulai. Kedua pihak sama-sama kuat, menurutku. Aku yang tak terlalu tahu tentang basket bisa menikmati pertandingan yang sengit itu. Aku sama sekali tak bisa berkomentar apa-apa, hanya melihat pertandingan dengan persaingan yang begitu ketat, bola yang berpindah-pindah secara cepat, benar-benar seperti pemain yang telah pro.

Dibandingkan pemain tim Kaijou, aku malah lebih mengenal para pemain Seirin karena Haruhi memperkenalkannya padaku, apalagi setelah pertandingan street basketball. Yah, kecuali Ryouta Kise. Ha..ha..ha...

Di saat pergantian strategi, kulihat kedua belah pihak begitu serius membicarakan strategi mereka masing-masing. Terutama di pihak Haruhi, baru kali ini kulihat ia antusias dalam menganalisa dan berbicara dengan Aida-san dan para pemain. Entah kenapa aku ingin sekali bergabung dengan situasi seperti itu, tapi aku sama sekali tak mengerti tentang basket!

Nee, nee, Yuko-chan!” panggi Asuna.

Hai’?

“Siapa yang kamu dukung dalam pertandingan ini?” tanya Asuna-san dengan matanya yang begitu antusias. “Kalau aku tentu akan memilih tim Haruhi karena ada Haruhi di sana.”

“Tapi ‘kan Haruhi gak main, Asuna-san,” timpalku. “Walau aku dari sekolah lawan, rasanya aku lebih dukung timnya Haruhi. Karena jujur saja aku tak mengenal tim Kaijou sama sekali.”

“Wah, padahal ‘kan satu sekolah. Masa’ gak antusias gitu?” herannya.

“Mungkin karena aku tak terlalu memikirkan tentang basket,” jawabku memaksakan diri untuk tertawa.

Priit!

Kudengar peluit dari wasit untuk memulai pertandingan. Kami sama-sama mengalihkan perhatian ke lapangan.

‘Eh? Shirai?’

Eh? Apa barusan dia melihat ke arahku?

“Ada apa, Ryouta? Permainan akan segera dimulai!”

“Hai~ssu!”

Ryouta Kise melihat ke arahku sekali lagi dan tersenyum. Spontan kututup wajahku dengan topi dan menunduk pura-pura tak melihat ke arahnya, mengalihkan pandangan.

Apa aku bisa terlihat dari sekian banyak penonton di sini? Uso! Pasti yang dilihat bukan aku, pasti orang lain! Kulihat kiri-kanan dan belakangku, pasti ada orang yang ia tuju, bukan aku! Bukan.

Permainan pun dimulai kembali. Dari awal permainan, baik dari tim Seirin maupun tim Kaijou sama-sama mengungguli setiap ronde dan berkejar-kejaran poin. Aku sendiri tak bisa memprediksi siapa yang akan menang.

Entah kenapa, aku mulai tertarik dengan pertandingan ini dan mengikutinya hingga akhir. . .

 

Aduh! Aku bodoh banget! Kenapa harus nonton pertandingan hingga akhir? Setidaknya aku keluar sebelum kedua tim keluar lapangan, jadi begini, deh, hampir aja berpas-pasan dengan tim Kaijo. Gawat!

Asuna-san juga, pake nahan dan ngajak aku untuk menemaninya menemui Haruhi, ‘kan sama aja bunuh diri! Haruhi tahu, Ryouta-san juga tahu. Susah payah cari alasan ke Asuna-san agar aku bisa terlepas dari belenggunya! Fiuuh!

Aduh, cari jalan pintas, nih! Apa aku harus lewat pintu belakang atau pintu depan? Duh, kenapa aku jadi takut ketahuan oleh kedua pihak, ya? ‘Kan aku bisa ngeles, tapi. . . aku gengsi~ -_-

Terpaksa, harus pakai cara terakhir! Menyamar jadi cowok!

Dengan jaket hitam ala hiphop yang kukenanakan ini, lalu kupakai kacamata hitam yang nganggur dalam tas, kuikat rambutku dan memasukkannya ke dalam topi. Kebiasaan ini udah sering aku lakukan sepulang sekolah saat ada pekerjaan mengantar barang karena aku gak mau ketahuan oleh teman satu SMA-ku.

Triit-triitt...

Walah, Haruhi malah menelponku. Kuangkat saja. “Moshi moshi~

Moshi moshi janai yo, Yu-ko-chan!!” ia terdengar kesal, tidak, ia benar merasa kesal pastinya. Suaranya yang keras membuatku langsung menjauhi handphone-ku dari telinga.

Anoo... dare?” candaku.

“Ah, maaf! Apa aku salah nomor, ya?” Hening sesaat. Ia pasti mengecek apa nomor yang ia hubungi memang nomor ‘Yuko-chan’ atau tidak. “Yuko-chan, jangan bercanda, dong!” ia mulai kesal lagi.

Hai’ hai’!

“Sekarang kamu di mana? Gak jadi lihat pertandinganku?”

Aku yakin saat ini ia berbicara dengan bibir monyongnya. Menandakan ia merasa kesal sekalian berharap.

Iie. Itu pertandingan tim Seirin, bukan kamu yang main, Haruhi,” timpalku dengan suara datar.

“Huuee,” sedihnya.

“Huee,” ejekku mengulang katanya. “Tapi aku lihat kok, dari jauh.”

“EEH? HOUNTO? Sekarang kamu di mana??”

Lagi-lagi ia berteriak saat menelpon. Ukh!

“Udah di luar. Aku mau pulang duluan, ya. Ayahku menyuruhku pulang cepat. Hari ini barang yang harus diantar banyak, jadi aku mau bantu. Jaa nee, Haruhi-chan!”

Tuut...tuut...

Aku langsung menutup telpon Haruhi. Aku yakin, Haruhi di sana merasa jengkel dengan sikapku yang egois ini. Tapi, aku sudah menepati janji, bukan, untuk datang melihat pertandingan timnya. Karena selama ini, setiap timnya bertnading aku tak pernah pergi untuk melihatnya walau sudah diajak berkali-kali. Dan berkali-kali pula alasanku menolaknya.

Gomen nee, Haruhi-chan, sesalku.

Duuk!

Akh, kenapa aku seceroboh ini? Ingin pergi secepatnya dari stadium ini malah tak memperhatikan langkahku dan menabrak orang lain.

“Ah, gomen,” kataku dengan memberatkan suara agar persis seperti suara laki-laki.

“Hoii! Teme! Kalau jalan lihat-lihat!” Ternyata yang kutabrak seorang laki-laki yang tampangnya sangar.

“Mau cari ribut, apa?!” Ia menarik kerah jaketku hingga membuatku menjinjit.

“Huh, justru yang cari ribut itu kamu? Padahal sudah jelas aku minta maaf, bukan?” kesalku.

“HAH??”

Laki-laki itu siap memukulku. Tapi dengan sigap kuambil kepalan tangannya, melipat tangannya ke bawah lalu menendang lutut bagian belakangnya hingga ia terjatuh.

Namun sialnya, topiku jatuh hingga rambutku tergerai keluar.

O-onna?” kagetnya.

Kulepaskan tangannya. Kuambil topiku yang jatuh dan kukenakan.

“Kalau perempuan memangnya kenapa? Ada masalah?” sifat tomboiku keluar dan berwajah sinis di depan laki-laki itu.

“Ada apa ini?” tanya seorang yang mendekati kami. Bukan seorang, bahkan berkelompok.

Shimatta! Tim Kaijo! Kulihat laki-laki yang hampir memukulku tadi, ia mengenakan jersey biru tim kaijou di dalam jaket yang ia kenakan. Ah, sial banget hari ini!

Saat akan melangkah menghindari mereka, seseorang memanggil namaku. “Shirai?”

“YUKOO-CHAAN!”

Haruhi langsung memegang pundakku dari belakang. “Ah, maaf, adikku ini memang agak ceroboh.” Ia berusaha membelaku dan meminta maaf pada mereka demi aku. Aku ikut menunduk. “Gomenasaideshita.

“Ayo, Yuko-chan, kita pergi!” Haruhi menarikku pergi.

“Haruhicchi...”

Sepertinya Ryouta-san ingin mengatakan suatu hal pada Haruhi saat melewatinya. Ia menyuruhnya untuk tak bicara dengan meletakkan jari telunjuk ke bibirnya. Aku sendiri tak mau menatap Ryouta-san secara langsung.

Kami pergi jauh menghindari tim Kaijou.

“Eh, bukannya yang tadi itu menejer tim Seirin?” kata salah seorang dari tim Kaijou.

Setelah jauh dari mereka, kulepaskan tangan Haruhi dari lenganku. “Gomen na, Haruhi.”

Ia menggeleng. “Daijoubu. Yah, tapi tadi hampir aja ada perang! Untung saja aku cepat ketemu kamu dan mengakhiri suasana menegangkan itu dengan aman dan damai~” katanya riang.

“Kenapa juga mesti perang, Haruhi? Kalaupun gak ada kamu, masalah itu cuman antara aku dan laki-laki itu, kami ‘kan satu sekolah. Malah kamu nambah masalah dengan datang membawaku pergi begitu saja. Pasti mereka pikir anak Seirin membuat ulah dengan mereka,” jelasku.

“Hu-huuee..?” Haruhi langsung memasang wajah sedih. “Apa salah membela teman sendiri?”

“Bu-bukan begitu juga, Haruhi-chan. Hanya saja. . . aku nanti jadi kepikiran di sekolah besok bagaimana cara menjelaskannya pada orang itu.”

Ghoomhenyashaiii, hyuuko-chuaaann. . .”

Aduh, malah nangis lagi? Kuelus kepalanya, “Cup, cup, nanti kakak beliin permen,” bujukku.

Hounto?” ia langsung ceria. “Eh, tapi aku mau vanilla shake!”

Ano nee, Haruhi-chan! Dikasih hati minta jantung,” kesalku.

“Bukan! Yang benar itu dikasih permen sekalian sama vanilla shake,” katanya mulai tertawa.

Haruhi itu sifatnya dandere, tapi kalau sudah dekat dengan seseorang, ia akan bersikap anak-anak yang ceria pada orang tersebut. “Ukh, dasar! Siapa sih yang bersikap kakak? Mentang-mentang kamu lebih tinggi dariku, kamu bilang aku adikmu tadi. Menyebalkan!

“Biarin! Sesekali aku berperan jadi kakak, gak masalah, ‘kan?”

“Sekalian, jadi kakak iparku kalau mau! Kedua abangku nganggur!” candaku.

“Ogah! Terlalu tua~”

Kami berdua tertawa lepas. Sudah lama tak bercanda seperti ini. Tak lama, Aida-san menelpon Haruhi, menyuruhnya balik ke tim. Awalnya Haruhi mengajakku, namun kutolak dengan baik. Ia pun telah memaafkanku yang tak memberitahunya dari awal bahwa aku melihat pertandingannya. Dan juga kebohonganku saat ditelpon tadi.

Tapi, masih banyak yang aku tutupi dari kamu, Haruhi-chan.

 


~to be continued ^^



© 2014 Aga ALana


My Review

Would you like to review this Chapter?
Login | Register




Share This
Email
Facebook
Twitter
Request Read Request
Add to Library My Library
Subscribe Subscribe


Stats

134 Views
Added on September 29, 2014
Last Updated on September 29, 2014
Tags: life school, romance


Author

Aga ALana
Aga ALana

Padang, Padang, Indonesia



About
Hi, everyone who loves reading and writing! anything~ ^^ I'm Aga ALana, i'm not pro in writing and not newbie at all, i'm still learning how to be good writer and give good stories to everyone~! I w.. more..

Writing
02 – Class A 02 – Class A

A Chapter by Aga ALana